Hari ini tanggal 12 November dan ditahbiskan sebagai Hari Ayah Nasional. Kali ini merupakan Hari Ayah Nasional kedua yang saya lewati tanpa bapak. Iya, ternyata saya tak lagi punya ayah. Tak bisa lagi mendengar ketawanya yang khas.
Sedihkah saya? Pasti. Plus menyesal karena sampai kepulangan bapak ke hadirat-Nya, saya belum mampu membuatnya bangga. Begitulah adanya. Penyesalan selalu datang belakangan.
Entahlah. Semasa hidup bapak pernah merasa bangga karena saya atau tidak. Saya tak tahu. Yang jelas, saya bangga berayah beliau. Terkhusus kebanggaan itu tersemat pada buku-buku peninggalannya.
Banyak buku bernilai yang ditinggalkan bapak. Salah satunya yang berjudul Di Tepian Jalur Gaza karya Maryam Jamilah. Yang dibeli bapak pada tanggal 7 November 1989.
Lalu, apa hubungan buku karya Maryam Jamilah dengan A Moment with My Hero (buku dalam foto di atas). Hubungannya begini: Di Tepian Jalur Gaza membuat nama saya ikut tertera dalam antologi A Moment with My Hero.
Setahun lalu tatkala baru 2 bulan ditinggal bapak, saya mengikuti kuis menulis di Instagram. Penyelenggaranya Ruang Nulis dan My Sumatra. Pemenang 1, 2, dan 3 mendapatkan hadiah berupa uang. Pun, bersama 17 karya pilihan lainnya dijadikan antologi.
Syukurlah saya terangkut rombongan yang 17 orang itu. Sesuai dengan target saya ketika memutuskan ikut kuis menulis tersebut. Meskipun tidak berhasil memperoleh duitnya, minimal bisa mengabadikan kesan saya tentang bapak dalam sebuah buku. Sepertinya ini malah lebih penting daripada uang, ya?
Alhamdulillah. Bahkan saat telah tiada, bapak masih terus menyemangati anaknya. Setelah direnung-renungkan, rasanya yang bikin saya bertahan untuk terus menulis pun faktor bapak.
Demikian cerita singkat saya tentang bapak dan bukunya yang membuat saya menjadi kontributor sebuah buku antologi. Semoga berfaedah dan bisa menginspirasi.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, berikut saya kutipkan postingan Instagram yang berhasil masuk ke antologi A Moment with My Hero.