Lihat ke Halaman Asli

Agustina Purwantini

TERVERIFIKASI

Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Menggalau di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Diperbarui: 9 Oktober 2024   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Video. Sumber ilustrasi: Freepik


Salah satu museum favorit saya adalah Museum Benteng Vredeburg (MBV). Apa alasannya? Rasanya tak ada alasan pasti. Mungkin karena lokasinya sangat strategis sehingga mudah diakses dengan transportasi umum. Jadi, saya bisa bolak-balik mengunjunginya kapan saja.

Otomatis saya kemudian familiar dengan suasana MBV. Terutama dengan suasana eksteriornya. Karena bila berkunjung ke situ, saya memang paling suka mengelilinginya. Dari ujung timur ke ujung barat. Dari ujung selatan ke ujung utara.

Tentu sembari berfoto ria. Plus berkhayal menjadi tentara kolonial Belanda yang sedang berpatroli demi keamanan benteng. Posisi favorit saya untuk berkhayal adalah di bagian atas benteng, baik yang menghadap ke selatan maupun ke barat.

Dari atas situ saya bisa memandangi kendaraan yang hilir mudik di jalan raya. Sekaligus mencermati aneka tingkah orang-orang yang hilir mudik di dalam kawasan MBV. Seru pokoknya.

Terlepas dari kekayaan informasi sejarah yang dimiliki, MBV adalah kawasan heritage yang cocok untuk ngadem dan healing. Anak-anak bisa bebas berlarian di halamannya yang lapang. Pengelola MBV juga menyadari hal itu. Alhasil, tersedia satu spot bermain outdoor di situ. Komplet dengan aneka macam alat permainan seperti yang ada di TK-TK.

Apakah saya tidak bosan? Sejauh ini tidak. Sebab tiap kali datang, rasanya selalu ketemu hal/informasi baru. Misalnya dalam kunjungan paling gres bareng Komunitas Jogja Walking Tour tempo hari.

Dalam kunjungan tersebut saya memperoleh informasi bahwa ada orang-orang yang trauma tiap kali melewati MBV. Mereka adalah para eyang yang pernah dipenjara dan disiksa di MBV terkait peristiwa G 30 S PKI 1965.

Tentu itu informasi yang lumayan mengagetkan. Saya tahu bahwa sejak berdiri hingga kini, MBV beberapa kali mengalami pergantian fungsi. Termasuk menjadi penjara pasca huru-hara 1965. Namun, saya tak menyangka kalau masih ada saksi hidupnya. Yang bahkan dilanda trauma, hanya dengan melihat pagar MBV. Saya lupa memikirkan kemungkinan tersebut.

Apa boleh buat? Itu adalah fakta. Yang rupanya cukup mengusik perasaan manakala sedang berada di MBV. Iya. Saya merasakan adanya pertarungan antara ketenangan dan kenangan buruk.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline