Saya pikir saya harus berterima kasih kepada Kompasiana karena telah mengangkat topik pilihan "Bumbu Kacang Nusantara". Apa alasannya? Sebab saya menjadi terpantik untuk mengulik si bumbu kacang lebih jauh. Ada apa dengan bumbu kacang? Mengapa sampai dijadikan topik pilihan?
Terusterang hingga sebelum tahu bahwa Bumbu Kacang Nusantara menjadi topik pilihan, saya sama sekali tak pernah memikirkannya. Mungkin bisa disebut ironis. Sebab kenyataannya, saya lumayan menggemari bumbu tersebut. Kerap pula membeli bumbu pecel instan untuk stok.
Bumbu kacang atau bumbu pecel instan sekarang banyak tersedia di pasaran. Mulai dari yang berkualitas standar sampai yang premium. Bahkan, ada merk-merk yang menyediakan aneka level kepedasan. Ukuran kemasannya juga berlainan. Konsumen tinggal memilih sesuai dengan selera dan isi dompet.
Tadi saya katakan bahwa saya kerap punya stok bumbu pecel instan. Mungkin dalam bayangan Anda, saya selalu menjadikannya sebagai lauk. Misalnya suatu ketika cuma punya sayuran atau tahu sebagai bahan lauk, tinggal bikin pecel sayur atau pecel tahu; bisa pula untuk dijadikan pelengkap telur dadar atau saus kacang encer untuk tahu telur.
Namun perlu diketahui, tak jarang saya makan bumbu kacang begitu saja. Bukan untuk lauk. Bukan untuk dijadikan saus atau topping apa pun. Tanpa diseduh dengan air panas karena saya jadikan camilan. Enak juga, lho.
Terlebih bila sedang kangen makan enting-enting gepuk khas Salatiga. Tekstur dan citarasa bumbu kacang yang rasa original (tidak pedas), menurut saya memang mirip dengan enting-enting gepuk tersebut. Terkhusus yang kandungan minyaknya minimalis, tanpa daun jeruk, dan cincangan kacangnya kasar.
Bumbu Kacang Nusantara ternyata memang eksis banget. Cocok untuk dipadupadankan dengan rupa-rupa makanan. Meskipun menyandang nama sebagai bumbu pecel, faktanya bisa berjodoh dengan siomai dan batagor. Tak cuma dengan sayur-sayuran.
Kalau dengan sate ayam? Wah, jangan ditanya. Pasti enak banget. Kalau Anda tidak pernah mencicipi sate bumbu kacang, cobalah sekali waktu. Insyaallah bakalan nagih. Terutama bila Anda peanut lover.
Dijodohkan dengan cilok juga nikmat. Di Kota Yogyakarta di sekitaran alun-alun selatan ada penjual cilok bumbu kacang yang legendaris. Penggemarnya banyak sekali. Sampai-sampai di kotak jualannya diberi nomor kontak WA. Tujuannya tentu memudahkan pelanggan yang ingin order dalam jumlah banyak. Pelanggan yang kangen cilok bumbu kacang, tapi tak menemukannya di tempat biasa mangkal, juga bisa menghubungi nomor WA yang tertera itu.
Bumbu kacang yang tidak diencerkan juga biasa dijumpai dalam seporsi nasi gurih ala Sekaten Yogyakarta. Kalau dalam nasi gurih Sekaten Surakarta saya tidak tahu karena belum pernah mencicipinya.
O, ya. Kurang lebih tiga hari lalu, seorang teman yang tinggal di Belanda mengirim sebuah video menarik. Videonya tentang berburu makanan Indonesia di Belanda. Nah. Di video itu ada satu jenis camilan yang bikin penasaran sekaligus menginspirasi saya untuk membuatnya.