Beberapa hari lalu saya bercerita di Kompasiana kalau habis mengikuti acara "Jumpa Sahabat Museum". Sampai dua tulisan malahan walaupun pendek-pendek.
Tulisan pertama menyoroti semboyan Don't Touch alias Jangan Sentuh, yang digenggam erat pengelola museum. Adapun tulisan kedua menyampaikan solusi yang bisa digunakan untuk menambah pengalaman pengunjung, selain dari melihat koleksi museum.
Nah. Dari acara yang berlangsung tanggal 3 Agustus 2024 itu, saya dan para peserta lainnya mendapatkan Paspor Museum. Paspor tersebut berwarna hijau dengan tulisan dan gambar berwarna emas.
Selain tulisan "Paspor Museum", di bawah logo yang tampaknya berupa huruf Jawa itu pun ada tulisan "Museum of Yogyakarta". Dengan demikian, paspor tersebut hanya untuk mengunjungi museum-museum yang berlokasi di wilayah Yogyakarta.
Apakah di Yogyakarta banyak museum? Banyak sekali, dong. Yang berlokasi di seputaran Titik Nol saja ada beberapa. Antara lain Museum Benteng Vredeburg, Museum Negeri Sonobudoyo, Museum Sains Taman Pintar Yogyakarta, dan Museum Karaton Yogyakarta.
Kemudian yang sedikit jauh dari Titik Nol, tapi itungannya tetap berjarak sepelemparan batu, juga ada beberapa. Antara lain Museum Biologi UGM, Museum Jenderal Besar Soedirman, Museum Perjuangan, Museum Bahari Yogyakarta, Museum Pura Pakualaman, Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa, dan Museorium Sejarah (Museum Laboratorium Sejarah) Universitas PGRI Yogyakarta.
Yang berjarak dua lemparan batu dari Titik Nol juga ada. Antara lain Museum UGM, Museum DR. YAP Prawirohusodo, Museum TNI AD Dharma Wiratama, Museum Sandi, Museum Taman Tino Sidin, Museum Tembi Rumah Budaya, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Museum Monumen Yogya Kembali, Museum Seni Lukis Affandi Yogyakarta, dan Museum Kotagede Intro Living Museum.
Coba Anda hitung. Sudah berapa museum yang saya sebutkan? Sudah lebih dari satu lusin 'kan? Itu baru sebagian dari yang tercantum di Paspor Museum, Museum of Yogyakarta.