"PULPEN!"
Teriak laki-laki berkacamata itu. Dari ruang dalam terdengar sahutan istrinya. Dalam hitungan detik, sang istri pun muncul ke hadapan kami. Setelah menyerahkan pulpen kepada sang suami, dia menuju salah satu kursi di dekat kami. Hendak duduk.
PLETAK!
Belum juga duduknya sempurna, sang suami membanting pulpen ke lantai. Saya terhenyak. Seketika diliputi perasaan tidak nyaman.
"CARI PULPEN SAJA TIDAK BECUS!"
"Kenapa, Bang, pulpennya?"
"MACET!"
"Oh. Saya carikan lainnya."
Perempuan manis itu kembali berdiri dan segera memungut pulpen yang dibanting suaminya. Kemudian dia bergegas ke ruang dalam. Nada bicaranya stabil. Wajahnya biasa saja. Tidak menunjukkan ekspresi syok. Tidak pula menyiratkan perasaan malu sebab diperlakukan buruk di depan tamu.
Justru saya yang merasa tidak nyaman. Terpaksa menyaksikan adegan tersebut. Huft! Dimarahi di depan umum itu tidak enak, apalagi oleh suami. Terlebih untuk sebuah kesalahan kecil.
Tunggu, tunggu. Kesalahan kecil? Benarkah itu sebuah kesalahan? Jika sang istri lalai tidak mencoba pulpen terlebih dulu sebelum diserahkan, bolehlah disebut kesalahan kecil.