Disclaimer:
Tulisan ini hanyalah curahan perasaan atas pengalaman pribadi selaku orang biasa yang sebiasa-biasanya. Yang kurang beruntung sebab hingga akhir hayat Buya Syafii, tidak kunjung punya akses untuk sekadar melihat beliau secara langsung meskipun ingin sekali.
***
Begitu membaca informasi bahwa jenazah Buya Syafii akan disemayamkan sementara di Masjid Gedhe Kauman, saya segera berkirim pesan WA kepada seorang teman yang sebelumnya mengajak makan siang.
"Maaf. Aku enggak jadi ikutan maksi. Mau takziah Buya di Masjid Gedhe. Aku harus takziah."
"Takziah Buya? Buya Ahmad Syafii Maarif?"
"Iya."
"Haaah?! Innalillahi wainna ilaihi rojiuun. Aku sediiih. Kapan meninggalnya, Mbak?"
"10.15 WIB. Kurleb setengah jam lalu."
O la la! Rupanya teman saya belum tahu kabar duka itu. Saya juga tidak tahu kalau ia merupakan pengagum berat Buya Syafii. Jadi, tidak secara khusus mengabarinya.
Andai kata tak berkirim pesan WA untuk membatalkan janjian kami, saya kemungkinan besar tak bakalan mengabarinya.
"Aku pingin takziah juga. Terbuka untuk umum gak ya?"