JIKA dihadapkan dengan pertanyaan "pilih sahur sehat atau sahur hemat", pastilah banyak orang yang malah memberikan jawaban slenco.
Alih-alih menjawab berdasarkan opsi yang ditawarkan, justru beginilah jawaban mereka, "Maunya ya sahur sehat dan hemat, tapi menunya harus lezat."
Yaiyalah. Tiap orang maunya memang begitu. Namun, kenyataannya hanya sedikit orang yang mampu sahur dengan menu sehat dan lezat plus harga sehemat mungkin.
Sungguh keren golongan ini. Cerdas, cermat, kreatif, dan penuh semangat dalam mempersiapkan menu sahur. Konsisten dan berkomitmen tinggi untuk menjaga kesehatan tubuh sekaligus isi dompet.
Selanjutnya adalah golongan orang-orang yang mampu mempraktikkan sahur sehat, tetapi enggan terlalu berhemat. Alasannya, perlu mikir keras untuk menyusun menu sahur yang sehat, lezat, dan hemat.
Kemudian ada pula golongan yang sembletengan. Golongan ini bukannya tak ingin sahur dengan menu-menu sehat dan hemat. Hanya saja, keinginan itu terkalahkan oleh keinginan sahur dengan menu-menu lezat.
Prinsip mereka, buat apa menunya sehat dan hemat, jika ternyata malah meruntuhkan semangat untuk sahur? Jadi, biarlah sehat dan hemat menjadi perkara yang kesekian. Demi kemaslahatan diri sendiri. Hehehe ....
DI MANA POSISI SAYA?
Lalu, di manakah posisi saya dalam kancah menu persahuran? Termasuk ke dalam golongan pertamakah? Yang pilihan menu sahurnya sehat dan lezat sekaligus hemat?
O, tentu tidak. Saya akui bahwa saya kurang konsisten dalam hal sehat-sehatan menu sahur. Bukannya tidak bisa sama sekali, melainkan tidak bisa konsisten.
Kalau begitu, berarti saya termasuk ke dalam golongan orang-orang yang rela tidak berhemat demi menu sahur yang lezat?