Lihat ke Halaman Asli

Agustina Purwantini

TERVERIFIKASI

Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Yuk, Jalankan 6 M Lagi Demi Menangkal Varian Omicron

Diperbarui: 10 Desember 2021   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ketika pertama kali mendengar tentang Covid-19 varian Omicron, saya terhenyak. Merasa sedikit gugup plus cemas. Ruang ingatan saya seketika dipenuhi raungan sirine ambulans, rentetan kabar duka di WAG kampung dan alumni sekolah/kampus, serta wajah-wajah tetangga dan kolega yang berpulang setelah berjuang melawan Covid-19. 

Yang sedihnya di antara para tetangga ada yang berpulang di rumah setelah semalaman berupaya mencari pertolongan intensif ke beberapa rumah sakit, tetapi hasilnya nihil gara-gara semua kamar penuh. 

Sungguh ironis. Domisili kami dekat dengan sebuah rumah sakit. Mulut utama gang kampung yang berada di tepi jalan  raya, langsung berhadapan dengan sebuah rumah sakit. Eh? Kok ya takdirnya begitu? Kiranya tak berlebihan jika hal tersebut membuat saya agak tertekan. 

Ingatan Tentang Juli 2021

Begitulah adanya. Ancaman varian Omicron ternyata membuat saya teringat pengalaman buruk pada Juli 2021 lalu. Tatkala itu kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Tingkat hunian rumah sakit sangat tinggi.

Dalam sehari, bisa lebih dari 7 kali saya mendengar raungan sirine ambulans. Itu pun dalam posisi di rumah saja sesuai dengan tagar yang digaungkan selama pandemi. Tidak bepergian ke mana-mana. Kalau nekad ke mana-mana, mungkin bakalan ketemu lebih banyak ambulans di jalanan. 

Apa boleh buat? Semua pengalaman buruk di atas ternyata membuat saya trauma. Walaupun ringan saja kategorinya, harus diakui bahwa saya memang trauma. 

Itulah sebabnya ketika mendengar tentang ancaman varian Omicron, saya merasa tidak baik-baik saja. Terlebih belakangan, nyaris tiap hari kembali ada raungan sirine ambulans. 

Memang cuma sehari sekali, tidak semassif Juli lalu, tetapi cukup menerbitkan rasa terintimidasi di hati. Meskipun belum tentu pula, ambulans tersebut membawa jenazah/pasien Covid-19. 

Beranjak Normalnya Neraka Liburan 

Kecemasan saya kian beralasan ketika di depan mata ini kerap tersuguh pemandangan yang bikin prihatin, yaitu  sebagian wisatawan yang berkunjung ke Malioboro dan Titik Nol Yogyakarta ternyata sangat abai terhadap protokol kesehatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline