Lihat ke Halaman Asli

Agustina Purwantini

TERVERIFIKASI

Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Ramadan Itu Menunggu Jaburan dan Mengantre Beli Es Balok

Diperbarui: 19 April 2021   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Es Campur untuk Berbuka Puasa/Dokpri

Jika bicara tentang nostalgia masa kecil sewaktu Ramadan, entah mengapa serta-merta saya hanya teringat pada dua hal, yaitu jaburan dan es balok (es batu bongkahan besar). Mari simak kisah saya.  

Kisah (1): Balada Jaburan 

Apa itu jaburan? Jaburan adalah makanan kecil yang dibagikan kepada jamaah salat tarawih. Pembagiannya sesaat sebelum pulang. Saat imam belum selesai memimpin doa bakda tarawih.*Sekarang saya berpikir waktu pembagiannya kurang tepat, deh.*

Jadi, ketika jamaah sedang bersama-sama membaca doa usai tarawih dilanjut niat untuk berpuasa esok hari, ada seseorang yang membagikan makanan kecil. Ia mengelilingi jamaah yang masih duduk manis sembari berdoa, entah dengan khusuk entah macam saya yang malah sibuk memperkirakan kapan jatah jaburan saya tiba.

Saya cenderung yakin bahwa ia bukan petugas masjid (panitia Ramadan), melainkan si donaturnya sendiri. Yang jelas seingat saya, orang yang membagikan jaburan selalu berbeda tiap harinya. Jaburan yang dibagikan pun dibawa sendiri oleh si pembagi sejak ia datang.

Jadi sebelum salat Isya dimulai, saya dan beberapa teman selalu antusias bila melihat orang datang dengan membawa mukena dan baskom. Hahaha!

Rata-rata tiap malam ada satu orang yang membawa baskom. Namun, adakalanya dalam satu malam bisa sampai dua atau tiga orang. Cara membagikan jaburan di masjid kami suka-suka. Ada yang memulainya dari barisan paling depan ujung kanan atau kiri. Ada pula yang dari barisan belakang ujung kanan atau kiri.

Perkara cara membagi sebenarnya tak jadi soal bagi saya. Yang penting saya menerima jaburan. Maka sungguh runyam kalau jaburan habis sebelum saya kebagian. Lebih-lebih kalau si penerima jaburan terakhir adalah orang yang duduk tepat di samping saya. Hadeeeh!

Makin runyam hati ini ketika ada dua atau tiga donatur jaburan, tetapi tak satu pun yang sampai ke saya. Sungguh apes.

Secara teoretis kalau ada dobel donatur, semua jamaah bisa kebagian jaburan. Namun gara-gara pembagian dimulai dari titik yang sama, maka sebagian orang menerima dobel, sedangkan sebagian lainnya tidak menerima sama sekali. Apa boleh buat? Itulah risiko pembagian jaburan tanpa koordinasi.

Yeah .... Zaman old gitu, lho. Belum lazim ada panitia-panitiaan Ramadan secara resmi, apalagi di masjid kampung yang bersahaja. Alhasil, saya pulang tarawih dengan manyun kalau tidak kebagian jaburan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline