Lihat ke Halaman Asli

Agustina Mufidatuzzainiya

Mahasiswa UIN Maliki Malang

Mengantisipasi Resistensi: Mengajarkan Gender dan Manajemen pada Siswa Sekolah Bisnis

Diperbarui: 12 September 2023   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Bobo.ID - Grid.ID

Dalam era digital yang semakin maju, pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengintegrasikan topik-topik sensitif seperti gender dan feminisme ke dalam kurikulumnya. Artikel ini mengulas pandangan dari jurnal "Gender Work Organization" dengan judul "Anticipating resistance: Teaching gender and Management to Business School Students" yang membahas tantangan dalam mengajar gender dan manajemen di sekolah bisnis, serta bagaimana pendekatan yang terbuka dan inklusif dapat menghadapinya.

Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan tinggi Indonesia, khususnya di sekolah bisnis, topik-topik seperti gender dan feminisme seringkali dianggap sensitif dan kurang mendapatkan perhatian yang seharusnya. Budaya patriarki yang kuat masih mendominasi, dan gagasan-gagasan feminis seringkali dianggap sebagai ancaman terhadap norma sosial yang ada. Namun, artikel ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana pendekatan pengajaran yang sensitif terhadap gender dapat menjadi alat untuk mengubah pandangan dan pemahaman masyarakat terhadap isu-isu ini.

Tantangan di Sekolah Bisnis

Pendekatan yang terbuka terhadap gender dan feminisme di sekolah bisnis seringkali dihadapi dengan resistensi dan ketegangan. Mahasiswa dan bahkan dosen sering merasa tidak nyaman dengan gagasan-gagasan feminis, terutama ketika mereka bertentangan dengan gagasan-gagasan neoliberal yang mendominasi dunia bisnis. Bagaimana mengatasi resistensi ini menjadi fokus utama dalam artikel ini.

Pentingnya Pendekatan Sensitif Gender

Artikel ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang sensitif terhadap gender dalam pendidikan bisnis. Dengan memasukkan perspektif gender ke dalam kurikulum, sekolah bisnis dapat membantu mahasiswa memahami bagaimana isu-isu gender memengaruhi dunia bisnis. Ini juga dapat membantu mengubah norma sosial yang ada dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

Pengalaman di Lapangan

Dalam artikel ini, penggunaan contoh-contoh ilustratif dari berbagai sumber, termasuk penelitian, materi organisasi, dan media, menjadi alat penting dalam mengajarkan gender dan manajemen. Mahasiswa dapat melihat bagaimana isu-isu gender berperan dalam dunia nyata dan bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi kebijakan dan praktik bisnis.

Tantangan dalam Mengajar Gender

Meskipun ada resistensi, artikel ini menunjukkan bahwa pendekatan yang terbuka terhadap gender dapat menghasilkan perubahan yang signifikan dalam pemahaman dan pandangan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang menyatakan bahwa pendekatan ini telah "membuka mata" mereka terhadap fenomena gender dalam masyarakat.

Menyulap Tantangan Menjadi Peluang

Artikel ini menegaskan bahwa menghadapi resistensi adalah bagian yang tidak terhindarkan dari mengajar gender di sekolah bisnis. Namun, di dalam tantangan tersebut terdapat peluang untuk mengubah pandangan dan memengaruhi perubahan positif. Dengan pendekatan yang tepat, resistensi dapat menjadi alat untuk mengguncang pandangan konvensional.

Mendorong Dialog

Artikel ini juga mengundang pendidik lain untuk berbagi pengalaman mereka dalam mengajar gender dan manajemen di sekolah bisnis. Ini adalah panggilan untuk memperluas dialog dan pembelajaran bersama di lingkungan pendidikan tinggi Indonesia, sehingga topik gender dapat menjadi bagian yang lebih terintegrasi dalam kurikulum bisnis di masa depan.

Kesimpulan

Dalam kesimpulannya, artikel ini menyoroti betapa pentingnya pendekatan yang terbuka, inklusif, dan sensitif terhadap gender dalam pendidikan bisnis di Indonesia. Meskipun ada tantangan dan resistensi, pendidikan yang memasukkan perspektif gender dapat membantu mengubah pandangan dan pemahaman masyarakat terhadap isu-isu gender. Hal ini memungkinkan kita untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan setara di Indonesia. Dengan mengubah tantangan menjadi peluang, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan berdampak positif.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline