Kota Malang tidak hanya identik dengan nama apel dan dingin. Kota ini ternyata juga memiliki berderet kuliner legendaris. Beberapa diantaranya telah menemani selera kuliner masyarakat Malang selama puluhan tahun. Salah satu yang istimewa adalah nasi Bug Matira. Apa keistimewaannya? Yuk, simak.
Telah Berjualan Sejak 1928
Namanya memang Nasi Bug Madura. Tetapi sebaiknya tidak terlalu besar harapan bakal menemukan makanan ini di Madura. Kelahiran sebutan nasi Bug justru dari kota Malang.
Menurut berbagai sumber, istilah nasi Bug telah ada sejak masa penjajahn. Generasi pertama Nasi Bug Matira telah berjualan sejak tahun 1928. Pada awalnya, penjualan dilakukan secara berkeliling, dengan cara digendong. Tempat tinggal berada di gang Semarang, yang berlokasi di jalan Zainal Arifin. Lalu, sejak sekitar tahun 1999, nasi Bug Matira mulai menetap di sebelah utara Stasiun Kota Baru, Malang. Saat ini, warung dikelola oleh generasi ke-empat.
Mengapa jenis nasi campur ini disebut nasi Bug? Dalam bahasa Madura, Bug adalah sebutan untuk ibu atau perempuan dewasa. Karena penjual nasi ini kebanyakan adalah ibu-ibu, maka masyarakat umum menyebutnya menjadi nasi Bug.
Nasi Bug menjadi salah satu makanan favorit masyarakat, sebab dalam sajiannya telah tersedia nasi, sayur yang segar berkuah, dan lauk yang nikmat. Satu porsi nasi Bug umumnya telah dilengkapi dengan lauk.
Di warung Nasi Bug Matira, pembeli dapat menambahkan lauk pilihan yang terdiri dari beraneka pilihan olahan sapi. Ada empal, dendeng manis, dan jerohan. Seluruh pilihan itu semakin lengkap dengan hadirnya sambal yang tidak terlalu pedas, namun terasa lengkap saat dipadukan dengan teman-temannya.
Bagi mereka yang tidak menyukai lodeh rebung dan nasi campur, warung ini juga menyediakan rawon yang tidak kalah nikmat. Berbagai minuman dan kerupuk pilihan juga tersedia untuk membuat pengunjung makin menikmati sajiannya.
Seni Memasak Dan Bahan Baku