Lihat ke Halaman Asli

Tahu Campur Sukodadi Lamongan, Kuliner Legendaris Asuhan Cak Uri

Diperbarui: 15 Maret 2019   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tahu Campur identik dengan Lamongan. Namun untuk menikmati Tahu Campur super enak, tidak harus datang ke kota Lamongan. Kota Malang juga punya tahu campur legendaris. Yuk, simak informasi tentang Tahu Campur Sukodadi Lamongan -- Cak Uri berikut ini.

 

Telah bertahan selama lebih dari 25 tahun

Cak Uri, nama lengkapnya Mas'uri, terlahir di Sukodadi, Lamongan. Daerah ini terkenal sebagai tempat asal racikan tahu campur. Resep tahu campur telah menjadi bagian dari masyarakat Sukodadi. Jadi, bila berkunjung ke sebuah warung tahu campur, cobalah bertanya. Siapa tahu penjualnya juga berasal dari Sukodadi.

Tahu Campur Sukodadi Lamongan yang telah menemani masyarakat kota Malang selama lebih dari 25 tahun ini berada di Jalan MT Haryono 114, Dinoyo, Malang. Untuk menemukan lokasi, jika dari arah Malang, maka memasuki jalan di depan universitas Brawijaya dan pertigaan Dinoyo, menolehlah ke kiri. Warung berada sekitar 200 meter arah barat dari perempatan Dinoyo.  

Masa awal pindah ke kota Malang, Cak Uri masih bekerja mengikuti penjual tahu Campur lain, yang juga berasal dari Sukodadi. Kemudian, Cak Uri memutuskan berjualan sendiri secara keliling. Menikmati penjualan keliling, Cak Uri menemukan beberapa masalah. Salah satunya kelelahan memikul panci berisi kuah tahu Campur dan rasa kuah yang berubah selama perjalanan. Cak Uri menduga faktor goncangan dan kondisi tidak bisa disegarkan terus menerus yang menjadi penyebabnya.

Selanjutnya, Cak Uri memutuskan untuk menetap. Ia mendapatkan tempat di depan toko bangunan, di jalan MT Haryono 114, sekitar tahun 1994. Yup, benar sekali, tempat yang saat ini digunakan berjualan. Namun, saat itu Cak Uri berjualan di emperan, sebab tempat masih digunakan sebagai toko bangunan. Jadi, pada pagi hari tempat tersebut adalah toko bangunan. Ketika toko tutup pada sore hari, Cak Uri membuka warung tahu campur di lahan parkir toko.

Suatu hari, toko dimana ia berjualan di emperannya, berencana menggunakan toko sebagai lokasi ritel yang buka 24 jam. Cak Uri memiliki waktu terbatas untuk mencari tempat baru. Namun, selewat masa pencarian dua bulan, ia belum mendapatkan tempat. Sementara ritel yang direncanakan belum juga bersiap. Malah di depan toko dipasang tanda disewakan.

Cak Uri memberanikan diri untuk menyewa toko. Rupanya, itu jalan Tuhan untuk Cak Uri. Meski harga sewa cukup fantastis dalam kondisi Cak Uri yang masih berjuang, namun dengan bantuan teman-temannya, Cak Uri berhasil menyewa tempat. Saat pembukaan, Cak Uri mengundang pegawai dari bank yang telah memberinya pinjaman. Itu tanda terima kasih,sekaligus tonggak era baru usaha Cak Uri. Syukurlah, dengan kebulatan tekad dan usaha kerasnya, Cak Uri mampu melunasi pinjaman lebih cepat dari waktu yang seharusnya.

Hingga saat ini, Cak Uri tetap setia membersamai pegawainya saat bekerja. Seolah mengenang masa lalu, ia juga mengundang anak-anak muda dari Lamongan sebagai pegawai. Berbagai fasilitas yang diberikan Cak Uri membuat para pegawai ini sangat setia dan berdedikasi.

Keramahan Cak Uri kepada pelanggan juga ditiru oleh para pegawainya. Datang makan di tempat ini tidak seperti datang ke rumah makan, tetapi seperti makan di rumah. Tahu campur yang merupakan makanan khas Lamongan ini telah membersamai kuliner  kota Malang. Lidah masyarakat sudah akrab dengan kuah berbumbu, yang diperkaya rasa oleh petis udang pilihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline