Desclaimer penulisan opini ini berdasarkan pada beberapa reverensi jurnal yang telah penulis cantumkan dibagian terakhir artikel.
Apa Itu Pengetahuan Lokal
Memahami pengetahuan masyarakat adat di era modern merupakan salah satu wujud dalam menjaga konservasi Biodiversity yang berarti dengan system pengetahuan tersebut maka diperoleh "suistainable use for human benefit without compromising the interests of future generation. ". Pada umumnya setiap masyarakat adat memiliki pengetahuan orisinal terkait kepercayaan, nilai, norma, dan ritual yang tertanam dibenak mereka atau disebut dengan Indigenous Knowledge yang berarti pengetahuan lokal yang khas pada budaya atau masyarakat tertentu. Selama ini pengetahuan masyarakat adat diperolah melalui tradisi lisan dari generasi ke generasi, dari menyatukan pengalaman informal dan juga pemahaman yang mendalam tentang lingkungan dalam budaya tertentu.
Pengetahuan Masyarakat Adat
Masuknya teknologi sekaligus modernisasi tidaklah dapat dibendung oleh masyarakat adat. Hal ini dapat menjadi ancaman maupun peluang emas bagi seluruh masyarakat Indonesia, jika kita dapat memelihara dan juga memanfaatkan dengan sebaik mungkin. Namun apabila kekuatan pelestarian tidak lebih kuat dari adanya proses modernisasi maka akan memusnahkan nilai kearifan lokal yang telah dijaga oleh masyarakat adat. Sebagai salah satu contohnya adalah modernisasi yang terjadi pada Masyarakat Adat Osing. Salah satu karakteristik yang dimiliki oleh Masyarakat Adat Osing yaitu berdasarkan hakiat nilai (aksiologi) dan bersifat relatif.
Nilai kearifan lokal Masyarakat Adat Osing ini dikelompokkan menjadi dua yakni ajaran adat dan tradisi masyarakat. Macam-macam ajaran adat yang masih tetap lestari adalah tradisi pertanian dalam sistem budidaya padi seperti labuh nyingkal atau mengolah tanah dengan bajak dan labuh tandur yang didalamnya terdapat prosesi menanam padi, ritual adat yang terlaksana secara tersirat dalam selametan yang merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa syukur. Salah satu kebiasaan Masyarakat Adat Osing yang menjadi tradisi dan tetap dilestarikan adalah melabot atau gotong royong, mepe kasur, kopi sepuluh ewu, mocoan lontar yusuf, Barong Ider Bumi, Tumpeng Sewu dan bahasa osing kemiren. Pendapat mengenai nilai kearifan lokal Masyarakat Adat Osing ini meliputi 6 dimensi sebagai berikut;
(1) Pengetahuan Lokal,
(2) Nilai Lokal,
(3) Keterampilan Lokal,
(4) Sumberdaya Lokal,
(5) Mekanisme Pengambilan Keputusan, Dan