Lihat ke Halaman Asli

Dinamika Oeang Toengkal sebagai Alat Tukar pada Masa Revolusi

Diperbarui: 31 Desember 2020   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

boimblanco.blogspot.com

Membaca postingan  seorang numismatik senior di dalam Grup Facebook "Jurnal Rupiah Community" terkait keberadaan Orida Toengkal sebagai alat tukar pada masa revolusi jelas memberi informasi berbeda dari yang selama ini beredar. Menurut beliau, uang Orida  Toengkal adalah coupun yang digunakan sebagai alat tukar dengan masa edarnya hanya sesaat karena tidak disetujui oleh Residen Djambi dengan salah satu alasan kecemburuan dari daerah NRI lainnya. 

Coupun penukaran dengan nominal 2,5 rupiah bertanggal 20 Mei 1947 ini dimuat di dalam buku katalog Oeang dengan informasi diragukan keasliannya, sedangkan di dalam buku ORIDA terbitan terbaru uang ini malah tidak dimuat.  Sebelumnya, banyak yang meragukan keberadaan Orida Toengkal sebagai alat tukar dan mengkatagorikannya sebagai uang mainan/ palsu atau semacam itu.  

Mungkin sebagian orang akan berfikir, emang di zaman revolusi  saat itu, ada juga orang yang berusaha membuat uang palsu seperti yang sering terjadi pada masa kini? Uang-uang palsu sebenarnya marak juga di zaman revolusi namun bisa jadi tujuannya tidak sekadar mendapatkan keuntungan ekonomi namun politik, untuk mengacaukan pemerintahan Republik Indonesia yang baru merdeka.

Lalu apa itu uang ORIDA yang singkatan dari Oeang Repoeblik Indonesia Daerah?  Uang Orida adalah uang yang dicetak di setiap daerah yang pro-Republik Indonesia di awal kemerdekaan karena Belanda yang  berusaha menduduki kembali wilayah jajahannya banyak melakukan blokade sehingga uang ORI yang dicetak oleh pemerintah Republik Indonesia terhambat pesebarannya, untuk mengatasi itulah daerah berinisiatif membuat uang daerah masing masing yang tentu saja hanya berlaku dalam satu wilayah tertentu saja. Sehingga kemudian bermunculan ORIDA di setiap wilayah seperti ORIDA Aceh, Jambi, Lampung, Bengkulen, Yogyakarta dan Surakarta. 

Sebagian orang yang tertarik untuk mengoleksi uang ORIDA  cenderung mengiyakan pendapat yang telah beredar sebelumnya.  Namun, informasi pak Adi jelas memberikan sesuatu perspektif yang baru bagi  kita untuk melihat kembali Orida Toengkal sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sejarah zaman revolusi Republik Indonesia meskipun kehadirannya disebutkan "hanya sesaat". Namun  jelas bahwa Orida Toengkal pernah hadir sebagai alat tukar di wilayah Jambi.  Hal ini bisa sebagai satu point penting ORIDA Toengkal dibandingkan dengan ORIDA lainnya.  Peredarannya yang sesaat bisa jadi membuat ORIDA Toengkal semakin langka keberadaan.  

Kasus yang terjadi pada Oeang Toengkal sangat mungkin terjadi, apalagi di zaman revolusi semuanya serba darurat.  Kasus  hanya muncul sesaat, kemudian ditarik kembali seperti ini juga terjadi di belahan dunia lainnya tetapi hal itu terjadi pada perangko.  

Seperti  yang terjadi pada perangko China tahun 1968 "The whole country is red" yang ditarik kembali setelah satu hari penerbitannya karena salah cetak warna Taiwan dengan warna putih. Amerika Serikatpun pernah menarik perangko "The Inverted Jenny" dengann alasan gambar pesawat yang dicetak di perangko berwarna merah ini terbalik.    Sudah tentu perangko seperti ini paling dicari oleh para kolektor perangko, nggak usah ditanya harganya yang pasti mahal.  

Jadi, jika anda memiliki Orida Toengkal segera simpan dengan baik, siapa tahu suatu hari nanti dicari para kolektor uang kuna....tentu saja dengan catatan apa yang disampaikan oleh Sang Senior memang benar.

Selamat Tahun Baru 2021....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline