Agustian Anggraeni
Universitas Jember
T3 Koneksi Antar Materi Perspektif Sosiokultural
Topik 3 mempelajari tentang identitas manusia Indonesia. Pada topik 3 ini dijelaskan bahwa manusia Indonesia berarti identitas manusia yang menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Istilah kemanusian Indonesia dipilih mengingat tidak mudahnya mendeskripsikan apa dan siapa manusia Indonesia yang sesungguhnya. Hal yang paling mendasar tentang manusia Indonesia adalah tentang keberagamannya. Keberagaman ini juga terjadi pada dunia Pendidikan, khususnya pada peserta didik. Pada topik 1 (Perjalanan Pendidikan Indonesia), Ki Hadjar menjelaskan bahwa setiap anak memiliki kodratnya masing-masing yang telah dimilikinya dari sejak lahir. Perbedaan kodrat yang dimiliki oleh setiap peserta didik inilah yang mendorong pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengenali peserta didik dari segi kemampuan, bakat, serta keinginan peserta didik dalam hal belajar. Keberagaman peserta didik inilah yang harus disadari dengan benar oleh pendidik. Pendidik harus mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dan setiap anak berhak memilih mengembangkan bakat yang diminatinya.
Pada topik 2 (Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara), Ki Hadjar Dewantara kembali menegaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki oleh peserta didik akan menuntun peserta didik menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa diperintah oleh orang lain.
KHD juga menjelaskan bahwa kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang disebut dengan budi pekerti. Budi pekerti merupakan perpaduan antara cipta (cognitive), karsa (afeksi) sehingga menciptakan sebuah karya (prsikomotor). Hal tersebut erat kaitannya dengan konsep Trilogi KHD (ingarso Sung tulodo, ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani). Metode pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran trilogy KHD disebut dengan sistem among. Selain itu, KHD juga menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya berfokus pada daya intelektualitas peserta didik saja, namun juga nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai-nilai kemanusiaan Indonesia mencakup nilai jiwa, hasrat, martabat, sosialitas, relasionalitas, genuitas, dialogalitas, dan beragam tradisi manusia Indonesia dari waktu ke waktu. Setidaknya ada tiga hal hakiki yang layak ditegaskan sebagai nilai kemanusiaan khas Indonesia, yakni nilai kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila dan religiusitas. Pentingnya penguatan nilai luhur kebhinekatunggalikaan dalam pendidikan adalah pemahaman mengenai keberagaman peserta didik di Indonesia. Baik berdasarkan dengan agama, suku, budaya, bahasa, dll. Dalam hal ini tercermin dalam dimensi berkebhinekaan global dan gotong royong. Pentingnya penguatan nilai Pancasila dalam pendidikan adalah sebagai jiwa bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman bagi negara dan masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sila-sila Pancasila memuat imperative etis untuk hidup bersatu, bertanggungjawab, bekerjasama, hidup adil dan bermusyawarah (bergotong-royong) untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap pribadi dan bersama dalam segala dimensinya. Pentingnya nilai religius dalam pendidikan adalah untuk menyatukan 2 sisi insani, yaitu sisi jasmaniah dan rohaniah. Ketika agama tidak didasari religiositas maka akan kehilangan daya dan menjadi sekedar kegiatan sosial-politik tanpa visi kemanusiaan yang utuh. Sementara religiusitas tanpa agama akan menjadi gerakan karismatik yang tidak bisa dijamin kelestarian dan keberlanjutannya.
Pendidikan dalam bingkai keindonesiaan merupakan penegasan kesederajatan martabat manusia Indonesia untuk mengikis dominasi mayoritas pada minoritas dan berbagai bentuk gerakan yang memecah persatuan bangsa. Pendidikan adalah proses untuk melestarikan keragaman, menemukan nilai-nilai yang menyatukan keragaman, dan melawan segala bentuk yang merongrong kesatuan. Karenanya, pendidikan mesti menjadi praksis hidup bersama yang saling peduli, mengasihi, menghargai dan bukan saling mengalahkan dalam semangat kompetisi.
Ketiga topik yang telah saya pelajari tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Dari perjalanan pendidikan Indonesia pada topik 1, dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara terkait budi pekerti, sistem among, dan kodrat anak pada topik 2, dan keberagaman manusia Indonesia pada topik 3, membuat saya sadar bahwa praktik pembelajaran yang terjadi haruslah disesuaikan dengan karakteristik anak dengan didasari atas nilai-nilai moral yang ada. Latar belakang sosial-budaya dan lingkungan yang dimiliki anak pun turut serta berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran yang terjadi. Dengan menyadari pentingnya keunikan yang dimiliki tiap anak, diharapkan terjadinya pembelajaran yang berpihak pada anak sehingga anak dapat memiliki pembelajaran yang bermakna dan berarti bagi kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H