Yogyakata-Indonesia, JCC ke-3 kembali digelar secara vitual/online pada tanggal 18-19 Maret 2021 melalui media streaming youtube. JCC sendiri adalah singkatan dari Jogjakarta Communication Conference. Merupakan konferensi akademik yang berkolaborasi antara UMY, UAD, ASPIKOM Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jateng, dan juga APIK-PTM dan juga didukung oleh berbagai perguruan tinggi lainnya seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Muhammadiyah Buton, Universitas Sumatera Utara dll. Untuk tema JCC kali ini adalah Communication challenges in post pandemic (Tantangan komunikasi di masa pandemi)
Untuk pemateri/pembicara JCC kali ini berasal dai berbagai negara,antara lain adalah sebagai berikut :
- Prof. Xi Zhuang , Ph.D. (Nanjing Normal University,China)
- Prof. Dr. phill. Herman Indah Wahyuni. M. Si. (Universitas Gadjah Mada,Indonesia)
- Dr.Andy Fuller (Universitas Utrecht,Belanda)
- Dr. GM Naidoo (Universitas Zululand,Afrika Selatan)
- Taufiqur Rahman, Ph.D. (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,Indonesia)
- Chi Wang, Ph.D. (Metej Bel University in Banska Bystrica,Slovakia)
Menurut Prof. Dr. phill. Herman Indah Wahyuni . M .Si. (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta), masyarakat saat ini sedang menghadapi masa depan yang tidak pasti,namun bukan berati dengan hal itu tidak ada jalan untuk menghadapi hal tersebut. Adanya pandemi ini membuat masyarakat harus survival/bertahan hidup dan menemukan jalan untuk bangkit dari keterpurukan yang membuat keadaan dalam segala hal naik turun, contohnya seperti keadaaan ekonomi saat ini. Semua sistem dimasyarakat didorong untuk terus bergerak, berubah, beradaptasi, dengan situasi dan tantangan baru seiring pandemi. Dengan adanya perubahan itu perlu adanya dorongan melalui proses komunikasi yang transformatif.
Media sebagai pemerhati masyarakat,seharusnya menjaga teguhnya dalam menghadapi masa-masa krisis dan mendampingi masyarakat untuk keluar dari masa-masa sulit.Namun perlu kita ketahui sistem komunikasi publik di Indonesia termasuk lemah,dikarenakan sangat terbuka dengan berbagai informasi yang tidak akurat bahkan juga hoax. Dan hal tesebut justru mudah di akses oleh masyarakat, dan juga masyarakat Indonesia mudah terpedaya oleh informasi yang kurang akurat bahkan hoax. Salah satu contohnya saat ini adalah banyak munculnya orang yang anti vaksin,hal itu dikarenakan beberapa alasan,mulai dari vaksin tesebut buatan luar negeri hingga vaksin tersebut dapat menyebabkan manusia bisa berubah menjadi zombie karena dikendalikan oleh suatu kelompok pembuat vaksin tersebut. Dan justru hal tersebut malah dengan cepat infomasi itu tersebar luas dan menimbulkan banyaknya kalangan anti vaksin, contohnya saja tidak jah dari lingkungan rumah saya,tetangga-tengga saya,bahkan ayah saya sendiri yang kurang percaya dengan adanya COVID-19.
Dan ini juga adalah salah satu tugas media bahkan kita pribadi untuk menjelaskan pada orang terdekat bahwa benar adanya pandemi ini. Sehingga masyarakat lebih taat pada peratuan penanganan COVID-19 ini. Maka dari Pof. Dr . phill. Herman Indah wahyuni juga berkata bagaimana menjadikan media tidak hanya sebagai media diseminasi tetapi juga mampu menjadi media sukses untuk mendorong transformasi kehidupan sosial politik yang baik. Sehingga masyarakat Indonesia mampu survival dalam menghadapi pandemi ini dan juga bisa menjadi lebih baik untuk kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H