Lihat ke Halaman Asli

Agusti Estu Rahayu

Mahasiswa S1 Biologi di Universitas Jember

Mahasiswa MSIB 6 Berikan Solusi Kelangkaan Pupuk dengan Produk Alternatif POC BOLFA dan Air Limbah Bioflok pada Petani Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo

Diperbarui: 7 Juli 2024   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MSIB 6/ Dokumentasi pribadi

Kelangkaan pupuk yang melanda berbagai daerah di Indonesia memicu kekhawatiran para petani. Pupuk yang berperan sebagai pelengkap nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, jika tanaman kekurangan nutrisi akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan tanaman sehingga membuat produktivitasnyapun menurun. Ketika produktivitas tanaman menurun maka juga akan berdampak pada kestabilan ekonomi para petani. Oleh sebab itu, permasalahan yang terjadi harus segera dicari solusinya untuk meningkatkan produktivitasnya kembali. Salah satu solusinya adalah membuat alternatif lain berupa pupuk organik yang relatif mudah dibuat namun juga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk perkembangan tanaman.

Di bawah program Climate Change Pioneers (MSIB 6), seorang mahasiswa dari Universitas Jember (S1 Biologi), Agusti Estu Rahayu bersama Tim Koral Salvador Dali (Tito Mahesadewa mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Ardana Wisnu Permana mahasiswa Universitas Brawijaya, Nadya Natasya Br Ginting mahasiswa Universitas Udayana dan Sulis Nur Hidayah mahasiswa Universitas Muhamadiyah) menghadirkan inovasi produk POC BOLFA (Biourine Organic Liquid For Sustainable Agriculture) dari Urine Sapi dan POC dari air limbah bioflok untuk petani di kabupaten Bone Bolango tepatnya di Desa Huntu Barat.

BOLFA (Biourine Organic Liquid For Sustainable Agriculture) merupakan pupuk organik cair yang terbuat dari limbah yaitu urine sapi yang dicampur dengan air gula merah, EM4, dan air yang kemudian difermentasi minimal 21 hari lamanya agar dapat digunakan menjadi pupuk. EM4 yang digunakan berfungsi untuk memfermentasi bahan organik sehingga menjadi nutrisi yang baik untuk tanaman maupun tanah. Pengaplikasian produk ini juga mudah, 100 ml pupuk dilarutkan dalam 1 liter air dengan perbandingan 1:10, dapat disemprotkan maupun disiram langsung ke tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali selama seminggu.

Produk ini dikenalkan melalui kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di Kantor Desa Huntu Barat. Mahasiswa tidak hanya menjelaskan secara teori namun juga mempratikkan proses pembuatan dan cara pengaplikasiannya. Namun, sebelum di sosialisasikan kepada para petani dan masyarakat desa, mahasiswa menguji coba terlebih dahulu pupuk yang telah dibuat ke tanaman di demplot (demonstrasi plot). Tanaman yang digunakan sebanyak 3 komoditas yaitu bayam, kangkung dan kemangi. Tanaman bayam dan kangung ditanam dari benih sedangkan kemangi disemaikan terlebih dahulu sebelum akhirnya ditanam di demplot. Uji coba dilakukan hingga masa panen ketiga tanaman tiba. Berdasarkan uji coba, menunjukkan hasil yang sangat baik berupa tanaman tumbuh subur dengan batang kokoh, daun yang hijau dan segar.

MSIB 6/ Dokumentasi pribadi

MSIB 6/ Dokumentasi pribadi

Produk kedua yang dibuat yaitu pupuk organik cair dari air limbah bioflok. Sistem bioflok adalah teknik budidaya ikan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan. Di Desa Huntu Barat sendiri, banyak masyarakat yang menjadi pembudidaya ikan dengan sistem bioflok. Sistem budidaya ini, saat tiba masa penggantian air kolam, air limbahnya langsung dibuang begitu saja dan dikhawatirkan jika dalam jumlah banyak dapat mencemari lingkungan. Setelah diteliti, ternyata air limbah tersebut banyak mengandung mikroorganisme dan unsur hara yang dapat menjadi sumber nutrisi tanaman. Oleh sebab itu, kami memanfaatkan air limbah tersebut sebagai alternatif pupuk serta tindakan zero waste yakni mengolah limbah organik serta mengurangi pencemaran lingkungan.

MSIB 6/ Dokumentasi pribadi

Kedua produk tersebut yang dikenalkan melalui sosialisasi mendapat respon yang sangat antusias dari masyarakat karena telah terbukti positif, tanaman yang diberi POC urine sapi dan limbah bioflok berkembang sangat baik dan subur. Penggunaan yang berkelanjutan dari kedua pupuk tersebut juga tidak menimbulkan kerusakan pada kualitas unsur hara tanah dan dapat menjadi solusi kelangkaan pupuk yang dialami oleh para petani.

MSIB 6/ Dokumentasi pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline