Mengingat masih dalam masa pandemi kegiatan penglepasan siswa kelas 9 di sekolah akan diadakan secara virtual. Acara akan ditayangkan secara streaming kanal youtube sekolah. Ada beberapa acara yang disaiarkan secara live namun ada juga yang dalam bentuk rekaman. Salah satu tampilan ditayangkan secara rekaman adalah tampilan dari karawitan yang dibawakan oleh para siswa.
Grup karawitan siswa akan membawakan beberapa gending jawa. salah satu gending yang sangat menarik adalah gending Kebo Giro. Gending ini akan digunakan untuk mengiringi tampilan foto-foto siswa kelas 9 saat ditayangkan satu persatu. Dalam tayangan ini disamping diiringi oleh gending juga akan diisi suara guru bahasa Jawa dalam bentuk condro. Condro merupakan seni berbahasa jawa yang berisi pujian dan doa terhadap seseorang.
Gending Kebo Giro sangat populer di masyarakat jawa karena gending ini sering digunakan saat prosesi temu temanten. Tidak heran ketika mendengar gending ini yang terbayang adalah sepasang pengantin yang didampingi masing-masing orang tua berjalan berdampinga menuju pelaminan. Konon gending ini menggambarkan perjalanan manusia menuju swargaloka.Gending Kebo Giro menjadi simbol keselarasan kehidupan manusia sebagaimana alat musik yang dimainkan. Keselarasan manusia secara jasmani rohani dan juga keselarasan antara ucapan dan tindakan.
Disamping dimaknai sebagaimana di atasa gending kebo giro juga dimaknai sebagai simbol kegembiraan layaknya kerbau yang mempunyai gerak atraktif. Bahkan ada yang memaknai secara gathuk enthuk gending Kebo ghiro dalam bahasa arab dari kata "hubbu" dan "ghirah" .Kata hubb dan ghirah, mempunyai arti cinta dan hasrat. Dengan mengadakan ritual pemertemuan pengantin lelaki dan perempuan, orang Jawa ingin menegaskan bahwa sebenarnya yang dipertemukan di sana adalah cinta dan gairah.
Dari gending Kebo Giro saja setelah digali kita mendapatakan pesan-pesan moral secara tersembunyi. Hal ini menunjukkan betapa budaya yang diturunkan oleh nenek para leluhur kita sarat nilai-nilai falsafah hidup. Melalui sebuah gending kita mendapatkan pitutur, nasihat dan pesan moral untuk menjalankan hidup secara selaras menuju kebahagian dunia akhirat.
Dan alangkah sayangnya generasi muda kita saat ini banyak yang terjebak dalam pusaran budaya asing. Budaya yang yang mulai menggerus nilai-nilai moral generasi bangsa. Pembelajaran budaya lokal sebagaimana seni gamelan dan karawitan yang sarat dengan pendidikan karakter sudah banyak ditingglkan pun di lingkungan sekolah. Jika demikian adanya genrasi muda tidak bisa disalahkan seratus persen.
Nah Sobat Kompasiana, mari kita bangun kesadaran bersama pentingnya nguri-nguri budaya lokal. Dengan adanya media sosial tentu sangat tertbuka untuk mempengaruhi generasi muda melaui konten-konten bernuansa budaya lokal. Melalui video,audio maupun artikel mari kita ajak anak-anak kita untuk mengenal dan mempelajari budaya lokal. Jika tidak kita , siapa lagi?.
Sumber video : Agus Suwarno Channel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H