Lihat ke Halaman Asli

Agus Suwanto

Engineer

Tantangan dan Pelecehan Presiden Duterte terhadap Gereja

Diperbarui: 12 Juli 2018   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: satuharapan.com

Seminggu terakhir ini, gereja Katolik Pilipina dibuat tercengang, sedih, kecewa dan marah oleh presidennya sendiri. Bagaimana tidak, presiden Duterte dengan terang-terangan melecehkan Tuhan dan ajaran gereja.

"Jika anda bisa membuktikan Tuhan itu ada, maka saya akan mundur dari kursi presiden malam ini juga", sumpah Duterte, presiden Filipina, saat dia berbicara dalam Pekan Perayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional di SMX Convention Center di Lanang, Davao City, kampung halaman Duterte, pada Jumat (6/7) yang lalu. (Sumber)

Sebagai respon atas penghinaan tersebut, alih-alih melakukan demo, pimpinan gereja membalasnya dengan mengecam presiden dan menyerukan kepada umat untuk berdoa dan berpuasa tiga hari.(Sumber)

Apa yang dengan lantang Duterte tantangkan kepada umat Kristen, khususnya Katolik yang menjadi mayoritas di Pilipina tersebut, bukan mau menunjukan bahwa dia seorang ateis yang tidak percaya Tuhan. Dia percaya adanya Supreme God, yang dipandangnya sebagai sebuah kesatuan pemikiran universal di suatu tempat yang mengendalikan alam semesta.

Tantangannya tidak lebih dari ekspresi kegeraman dirinya terhadap tingkah polah penganut agama, terutama para rohaniawan yang berpandangan kolot, suka ribut dan lebih mementingkan kelompoknya beserta lembaga agamanya, dibanding kepentingan kemajuan negaranya.

Sebenarnya sudah beberapa kali presiden Duterte melontarkan kritikan-kritikannya terhadap lembaga keagamaan, terutama gereja Katolik. Mulai dari kritikan terhadap gereja yang dipandang tidak mendukung program-program pemerintah. Misalnya ketika gereja Katolik terang terangan mengkritik kebijakan perang narkoba yang dilancarkan oleh Duterte, yang dipandang sebagai pelanggaran HAM.

Gereja tegas menolak penghilangan nyawa manusia secara paksa, meski penjahat sekalipun. Duterte membalasnya dengan mencela gereja yang hanya bisa mengkritik, tapi tidak membantu dengan pengaruhnya mengatasi masalah kecanduan narkoba di masyarakat.   

Karena merasa gereja masih belum juga membuka pintu dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah, maka kritikannya mulai masuk ke ajaran gereja. Duterte mengomentari kisah dalam kitab suci mengenai kejadian Hawa tergoda dengan sebuah apel di Taman Eden, sebagai hal yang bodoh. Tuhan bodoh karena membiarkan mereka jatuh ke dalam godaan yang merusak kesucian mereka.

Kegeraman Duterte terhadap sikap, pendirian dan pandangan gereja Katolik yang dianggapnya tidak mendukung, dan bahkan menentang dirinya semakin memuncak. Duterte merasa bahwa gereja Katolik yang mempunyai pengaruh sangat besar di kalangan masyarakat Pilipina, tidak berbuat apa-apa demi perbaikan kehidupan rakyat. Bahkan terkesan cenderung membiarkan kemiskinan dan kebodohan yang melanda masyarakat.

Karena itulah, Duterte lantang menantang kaum agamawan, terutama gereja Katolik untuk bisa membuktikan bahwa Tuhan itu ada.

*****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline