Lihat ke Halaman Asli

Agus Suwanto

Engineer

Yesus, Manusia Ateis dan Gagal?

Diperbarui: 27 Maret 2018   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: katolisitas.org

Ketika Yohanes menulis : "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Kemudian dilanjutkan dengan Firman menjadi manusia Yesus, maka pada saat itu Yohanes telah berpandangan bahwa bayi Yesus akan tumbuh menjadi manusia ateis. (Yoh.1)

Begitu juga ketika Yohanes dalam "penglihatannya" melihat Yesus berkata bahwa Dia adalah yang Awal dan Akhir (Wahyu.22:13), maka Yohanes sedang melihat Yesus yang ateis.

Yesus sendiri secara tidak langsung mengklaim dirinya Ateis ketika berucap "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada" (Yoh.8:58). Juga ketika Dia menjawab seorang perempuan yang bernama Marta "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh.11:25).

Yesus yang berwujud manusia seperti kita, sepertinya tidak percaya adanya Tuhan yang harus ditakuti dan disembah. Maka dari itu, semua pengajarannya dan tindakannya datang dari pikiran dan ucapanNya sendiri. Dia mengajar langsung dari diriNya, tanpa harus menunggu 'wangsit dari atas'.

Yesus yang ateis juga 'nekat' melakukan dobrakan besar terhadap tradisi dan keyakinan yang telah dipegang teguh secara turun-temurun selama ribuan tahun oleh bangsa Yahudi. Yesus berpandangan bahwa hukum Taurat yang dipercaya berasal dari Tuhan sudah tidak cocok lagi dan harus diperbaiki.

Dia memang tidak meniadakan hukum Taurat, namun untuk mengkoreksinya. Yesus datang untuk menggenapi hukum Taurat. (Mat.5:21-48).

Atas dasar pikirannya sendiri dan bukan hasil wangsit dari atas, Yesus selalu mengawalinya dengan 'Aku berkata kepadamu' dalam setiap kali Dia mengkoreksi hukum Taurat. Artinya, bagi Dia, hukum taurat yang berasal dari Tuhan bukanlah sesuatu yang dianggap suci dan tak tersentuh. Dia menganggap dirinya lebih tinggi dari hukum Taurat.

Misalnya hukum Taurat tentang qisas, "Kamu telah mendengar firman : Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu".

Memang, permintaan Yesus tersebut akan sulit dipenuhi dalam kehidupan nyata sehari-hari. Namun, yang dimaksud bukanlah memberikan kedua pipi untuk ditampar. Manusia diajak untuk merenungkan kembali dan merubah sikapnya, bahwa perbuatan jahat tidak perlu dibalas dengan kejahatan, karena hanya akan menimbulkan kejahatan yang semakin besar dan tanpa henti.

Biarlah kejahatan di dunia diadili oleh hukum manusia yang berlaku, dan biarlah Tuhan yang mengadili di akhirat nanti.

Begitu juga dengan hukum Taurat yang mengatakan untuk mengasihi sesama namun boleh membenci musuh. Yesus mengkoreksinya dengan mengatakan untuk juga mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline