Seseorang disebut memiliki kesadaran diri jika ia mampu memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai dirinya sendiri, dan sadar tentang dirinya yang nyata. Pendek kata, kesadaran diri adalah jika seseorang sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada dalam dirinya.
Kesadaran selalu berhubungan dengan otak. Semakin baik otak seseorang, maka kesadaran manusia tersebut juga akan baik. Sebaliknya bila otak tidak berkembang karena terjadi kecacatan, maka kesadaran orang tersebut juga tidak berkembang. Orang cacat mental sejak lahir adalah orang yang boleh dikata tidak mempunyai kesadaran yang baik.
Meskipun kesadaran adalah bagian penting agar seseorang bisa dikatakan menjadi manusia sesungguhnya, namun manusia masih belum benar-benar mengerti dari mana asalnya, dan mengapa kita memilikinya. Pencarian untuk memahami kesadaran manusia, kemampuan kita untuk menyadari diri kita dan lingkungan kita, telah berlangsung selama berabad-abad.
Namun sebuah penelitian baru, yang dilakukan oleh periset dari University of Toronto, Kanada and Paris Descartes University, Perancis, mengemukakan sebuah kemungkinan baru. Bagaimana jika kesadaran ini muncul secara alami sebagai hasil dari otak kita yang terus bekerja memaksimalkan konten informasinya? Dengan kata lain, bagaimana jika kesadaran adalah hanya efek samping otak kita yang bergerak menuju keadaan entropi yang semakin besar?
Entropi di sini adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam system, per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Entropi pada dasarnya adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan suatu sistem dari keteraturan menuju ketidakteraturan. Semakin tinggi entropi suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur.
Contoh sederhananya adalah sebutir telur yang telah dipisahkan secara baik antara kuning dan putih telurnya mempunyai nilai entropinya masih rendah. Namun, saat kita mengacaknya sehingga kuning dan putih telur tercampur secara tak beraturan, menyebabkan entropi telur meningkat atau mengalami ketidakaturan yang tinggi.
Banyak fisikawan meyakini bahwa setelah Big Bang, Alam Semesta telah berangsur-angsur bergerak dari keadaan entropi rendah ke entropi yang lebih tinggi. Arah waktu selalu bergerak ke depan.
Hal ini sejalan dengan Hukum II Termodinamika, yang menyatakan : "kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas", yang artinya juga bahwa entropi akan terus meningkat dalam sebuah system.
Sama seperti alam semesta, otak kita yang memiliki materi dasar penyusun yang sama dengan materi dasar penyusun alam semesta ini, mungkin diprogram untuk berperilaku sama. Awalnya otak manusia yang baru lahir dalam keadaan relatif stabil atau memiliki entropi rendah.
Namun seiring dengan jalannya waktu, otak kita mengalami banyak 'gangguan' dari luar yang berupa informasi-informasi yang harus 'diselesaikan'. Hal ini membuat otak untuk terus berevolusi yang mengakibatkan semakin kompleks interaksi yang terjadi pada jaringan nueron dalam otak. Nilai intropi menjadi lebih tinggi.
Yang terjadi pada otak kita mirip dengan prinsip entropi. Dan kesadaran kita timbul sebagai efek sampingnya saja.