Lihat ke Halaman Asli

Agus Suwanto

Engineer

Penikmat Uang Haram e-KTP Adalah Mereka yang Miskin dan Bodoh

Diperbarui: 13 Maret 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas

"Habisnya enam triliun, jadinya hanya sebuah KTP yang tadinya kertas jadi berplastik. Sistemnya belum lagi," kata Jokowi di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2017) (Kompas.com)

Sama seperti Jokowi, seluruh rakyat Indonesia minus mereka yang kecipratan uang haram proyek e-KTP akan merasa sangat kesal. Pejabat-pejabat periode lalu memang benar-benar kebangetan, menghabiskan dana 6 trilyun cuma untuk merubah KTP kertas jadi berplastik.

Sangat terang-benderang bahwa proyek e-KTP ini memang hanya dijadikan obyek korupsi berjamaah anggota dewan, khusunya Komisi II dan pejabat Kemendagri. Tidak ada terlintas dalam otak mereka yang kotor tersebut untuk membenahi masalah data kependudukan dari manual ke digital.

Mereka tidak peduli bahwa program e-KTP jadi ‘bubrah’ dan menyebabkan hingga saat ini masih banyak warga yang belum menerimanya karena kehabisan blanko. Yang pertama dipedulikan dan ada dalam otak mereka adalah bagaimana bisa mengeruk uang haram untuk membuat perut buncit semakin membuncit.

Perilaku kotor para ‘calon koruptor’ ini karena otak mereka yang kotor. Sengaja saya mengikuti saran Cak Lontong pakai istilah ‘calon koruptor’, karena mereka memang belum terbukti bersalah di pengadilan melakukan korupsi.

Otak kotor hanya paham saat merencanakan hal yang kotor dan dilanjutkan dengan tindakan kotor. Mereka sama sekali tidak peduli bahwa badan dan jiwa mereka juga ikut kotor. Mereka hanya peduli pada perut mereka yang selalu ‘keroncongan’, karena banyaknya cacing-cacing yang meronta minta disuapi.

Kenapa otak dan perilaku mereka kotor? Jawabannya karena mereka itu miskin dan bodoh. Mereka miskin karena selalu merasa kekurangan materi. Mereka bodoh karena tidak tahu bahwa apa yang mereka rencanakan dan lakukan itu adalah suatu kebodohan.

Hanya orang miskin dan bodoh yang mau repot-repot merencanakan dan kemudian mengambil sesuatu yang bukan haknya. Jadi dimaklumi saja, karena pejabat-pejabat yang menerima uang haram proyek e-KTP tersebut adalah orang-orang yang miskin dan bodoh.

Sekarang mereka harus mengahadapi konsekwensi dari kerakusan dan kebodohannya. Bisa jadi, saat ini mereka sedang berpikir keras mengatur strategi alibi agar lolos dari proses sangkaan KPK, yang akan membawanya untuk menjadi koruptor, yaitu orang yang terbukti korupsi. Tapi karena mereka bodoh, maka strateginya pun juga akan bodoh, yang hanya akan mempertontonkan bahwa mereka benar-benar bodoh.

Saya sangat berharap KPK untuk segera mengumpulkan orang-orang rakus dan bodoh ini untuk di pakaikan rompi oranye dan selanjutnya dimasukan ke kandang jeruji. Karena dengan berkurangnya orang-orang bodoh dan rakus mengelola negara, akan membuat bangsa ini menjadi lebih baik dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline