Rencana kunjungan raja Arab Saudi ke Indonesia yang akan berlangsug dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret 2017, sudah menjadi perbincangan, bahkan perdebatan di negeri ini. Mulai dari jumlah rombongan yang diperkirakan 1500 orang, termasuk 25 pangeran dan 10 menteri, hingga logistik dan peralatan yang dibawa, serta tujuh pesawat yang menyertainya.
Selain itu, rencana investasi Arab Saudi yang sebesar USD 25 Miliar atau 300 trilyun lebih dan diharapkan mengalir ke sejumlah proyek, juga menjadi topik yang hangat dibicarakan.
Raja Salman Pemimpin Islam?
Bagi sebagian kalangan yang meninggikan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dengan Arab Saudinya, akan mengira bahwa sang Raja datang untuk membantu umat Islam di negeri ini yang merasa sedang terzolimi. Mereka berharap bahwa Raja Salman akan meminta Presiden Jokowi agar memperlakukan umat Islam dengan baik.
Padahal kenyataannya umat Islam yang merupakan mayoritas, tidak ada yang terzolimi. Yang ada adalah sebagian kecil dari mereka sedang bermasalah dengan hukum.
Bisa jadi, rencana menghajikan secara gratis bagi keluarga anggota densus 88 yang tewas saat bertugas, akan membuat kecewa para pemuja Raja Salman. Apalagi, lima anggota densus 88 yang meninggal tersebut dianggap sebagai syuhada yang artinya meninggal karena membela agama Islam. Akankah mereka juga akan mendemo dan memboikot Raja Salman dengan Arab Saudinya?? Menarik untuk ditunggu. (Sumber)
Pemuja sang Raja juga membanggakan diri, bahwa pemimpin Islam tersebut datang dengan bawa uang banyak untuk membantu umat Islam Indonesia. Uang tersebut diberikan bukan sebagai hutang.
Mereka membandingkan dengan bantuan dari Cina, yang jauh lebih kecil, namun bersifat hutang dan harus dibayar berikut bunganya. Selain itu, setiap bantuan selalu dibarengi dengan datangnya pekerja Cina, sehingga mengurangi kesempatan kerja bagi warga lokal. Bahkan mereka menuduh, bahwa Cina sengaja mau memindahkan penduduknya untuk jadi warga Indonesia.
Kenyataannya, Arab Saudi memang hanya bisa berinvestasi dalam bentuk uang saja. Mereka tidak punya teknologi yang bisa disertakan dalam investasinya, sehingga tidak ada teknisi/pekerja yang perlu diikutsertakan. Berbeda dengan Jepang dan Cina yang membawa juga teknologinya dalam berinvestasi, sehingga memang masih diperlukan tenaga ahli dari mereka untuk bidang-bidang tertentu.
Arab Saudi Yang Sudah Mulai Berhutang Dan Butuh Reformasi.
Yang jelas, kunjungan Raja Salman ke Indonesia adalah bagian dari serangkaian kunjungannya ke negara-negara Asia, khususnya Asia Tenggara dan Timur. Pertama kali yang dikunjungi adalah Malaysia, kemudian Indonesia, setelah itu Cina, Jepang dan terakhir Maladewa.