Lihat ke Halaman Asli

Agus Suwanto

Engineer

Algoritma, Membuat Ahok Semakin Dimusuhi

Diperbarui: 4 Februari 2017   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Kompas.com & Dokumen Pribadi

Akhir-akhir ini, gerakan masyarakat yang menolak Ahok semakin membesar, terlebih setelah sikap kasarnya kepada Ketua MUI, KH Ma’ruf Amin di persidangan beberapa hari lalu. Ahok semakin disudutkan. Dia yang sudah menjadi tersangka penista agama, sekarang bertambah menjadi penghina ulama NU. Meskipun Ahok sudah minta maaf dan dimaafkan, namun tetap saja masih banyak orang yang tidak suka dan marah padanya.

Di balik kemarahan banyak orang terhadap Ahok dengan berbagai alasan, sebenarnya sikap mereka tidak lepas dari peran algoritma yang bekerja mempengaruhinya. Algoritma, atau dulu disebut Aljabar, pertama kali diperkenalkan oleh Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-Khuwarizmi, dalam bukunya al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala, atau "Buku rangkuman untuk perhitungan dengan menyelesaikan dan menyeimbangkan”.

Peran Algoritma Dalam Kehidupan Sehari-hari.

Arti sederhana dari algoritma adalah susunan langkah-langkah logis dan sistematis untuk memecahkan suatu masalah atau untuk mencapai tujuan tertentu. Pada era internet saat ini, algoritma secara otomatis dan terus menerus dijalankan oleh sebuah program. Sejak dari kapan harus mulai, arah aliran program, input dan output data, proses, decision, hingga pengahiran, untuk kemudian diulang kembali.

Yang dimaksud program adalah rangkaian intruksi yang ditulis untuk melakukan fungsi spesifik pada komputer. Sedangkan metode dan tahapan sistematis dalam program adalah algoritma.

Dengan algoritma, manusia dimudahkan untuk melakukan segala aktivitasnya. Algoritma yang terpasang pada Maps, bisa memberi tahu jalan tercepat untuk pulang ke rumah. Kita juga mudah mencari segala macam informasi dengan Search Engine, hanya dengan memasukan beberapa input kata saja.

Dalam dunia marketing, algoritma dipakai untuk menyasar customer secara tepat. Sering kita menerima bermacam penawaran masuk ke email kita. Gadget kita mendapat kiriman iklan promo yang rasa-rasanya pas dengan yang diinginkan. Saat membuka sebuah halaman berita atau artikel pada sebuah situs, muncul iklan yang terasa cocok dan bahkan kita pernah melakukan transaksi.

Mengapa bisa terjadi? Hal ini terjadi karena, sebelumnya kita telah melakukan aktivitas-aktivitas digital yang terhubung dengan internet. Kita pernah menginput data diri, mulai dari nama, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, hoby, alamat email, nomor handphone dan lain-lain, sehingga terekam secara digital di dunia maya.

Kebiasaan dalam beraktivitas di media sosial dan kebiasaan browsing hal-hal tertentu, serta aktivitas belanja dengan menggunakan kartu kredit adalah merupakan input data bagi algoritma untuk memprofiling diri kita. Selanjutnya, kita akan mendapatkan kiriman-kiriman berupa penawaran iklan, rujukan artikel, berita, fans page, aplikasi dan lain-lain, yang sesuai dengan keinginan.

Namun, tanpa disadari algoritma juga berpotensi mempersempit cara berpikir kita (BBC : Algorithms are making us small-minded, by Sydney Flinkelstein). Ini disebabkan kita terus disodori hal-hal yang disukai saja. Dalam jangka panjang, kita hanya akan percaya pada ‘dunia’ kita saja. Informasi yang datang dari luar akan langsung ditolak, karena kita sudah terkungkung rapat dan terlena di zona nyaman kita sendiri.

Algoritma Dalam Kasus Ahok

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline