Tersebutlah sebuah hutan kebun pisang. Hutan ini hanya ditumbuhi oleh pohon pisang, bukan hanya satu jenis pisang saja yang tumbuh di kebun ini tetapi banyak sekali jenis pohon pisang dengan namanya masing-masing, setiap pohon pisang boleh diambil oleh warga desa yang ada di sekitar hutan tersebut, tetapi ada dua pohon pisang yang paling dihindari oleh warga desa. Mereka tidak berani mengambil buah pisang dari dua pohon pisang tersebut.
Yang pertama pohon pisang Hitam dan yang kedua adalah pohon pisang Berlian. Mengapa warga desa sekitar tidak mau mengambil kedua jenis pisang tersebut? mereka tahu jika pisang Hitam adalah pisang yang rasanya sangat tidak enak, selain pahit daging buah pisang tersebut berwarna hitam legam, sangat tidak lezat untuk dimakan. Sedangkan pisang Berlian, masyarakat tidak berani mengambil karena pisang Berlian adalah pisang khusus para Dewata, dan hanya para Dewata yang boleh memetik pisang berlian.
Jika musim pisang tiba, warga desa dapat sepuas hatinya mengambil buah pisang, tua muda, anak-anak dan dewasa bersuka ria mengambil buah pisang yang ada di Hutan. Biasanya mereka akan pergi bersama-sama membawa golok dan keranjang untuk menebang dan membawa buah pisang.
Tidak ada yang menanam buah pisang di Hutan ini, Buah pisang yang ada di Hutan ini tumbuh dengan sendirinya, mereka percaya jika Dewata yang telah menanam buah pisang yang ada di Hutan. Karena itu mereka dapat sepuas hati mengambil buah pisang tanpa ada yang melarang.
Esok hari adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu. Mereka akan pergi ke Hutan untuk memetik buah pisang. Tetapi ada satu orang yang terlihat sangat sedih.
Seorang nenek tua renta yang hidup sebatang kara, duduk termangu di depan rumahnya yang sudah reot. Dia sudah membayangkan suka cita esok hari, warga desa akan bergembira berlari-lari bersama menuju hutan untuk mengambil buah pisang sepuasnya ... sedangkan dia? Mana mungkin mereka mau mengajaknya serta, mungkin dia hanya akan merepotkan. Atau bisa saja ia memaksakan diri ikut serta, sekalipun ikut mungkin tidak akan segesit dan selincah warga lain untuk menuju hutan, pikirannya terus melayang ...
"Aku harus ikut memetik pisang," gumannya dalam hati.
Harinyang ditunggu tiba. Pagi-pagi sekali warga desa sudah berkumpul di lapangan. Mereka akan pergi bersama menuju hutan untuk memanen buah pisang, tak terkecuali si nenek tua, ia terlihat ikut berkumpul di lapangan, tangannya memegang tongkat, di pundaknya ada keranjang kecil berisi golok untuk menebang pohon pisang.
"Ayo kita menuju ke hutan, siapa saja boleh mengambil buah pisang sesukanya," ketua adat desa memberi aba-aba.
Berbondong-bondonglah masyarakat menuju hutan yang jaraknya lumayan jauh. Mereka harus menaiki bukit kecil dan menyebrangi sungai kecil untuk dapat menuju Hutan pisang. Tidak ada masalah bagi masyarakat desa yang lain, tapi untuk nenek tua? Ini adalah perjalanan yang lumayan sulit. Tak ada satupun yang peduli dengan kesilitan si nenek tua, mereka sudah terlanjur bersemangat untuk menuju hutan.