Lihat ke Halaman Asli

Mencari Kebenaran dan Mencari Pembenaran

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagi seseorang yang benar-benar berniat ingin mencari kebenaran akan sesuatu biasanya ia akan total dan tidak setengah-setengah, ia akan mencari, membaca, bertanya, berguru, dll. Ia akan mencoba berpikir keluar dari kerangka pemikirannya selama ini, bahkan kalau perlu berusaha untuk mencobanya sendiri (berkecipung didalamnya). Ia akan mencoba merasakan sendiri bagaimana tenggelam, terseret arus, dll, ia akan mengambil resiko yang terburuk sekalipun untuk tahu kebenaran akan sesuatu yang dicarinya tersebut.

Sementara itu bagi orang yang hanya mencari pembenaran, ia akan cenderung melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri saja, merasa cukup dengan apa yang diketahuinya, tidak pernah berkeinginan untuk menggeser posisinya sedikit saja apalagi beranjak dari tempat duduknya yang nyaman supaya sudut pandangnya berbeda. Ia menginginkan semua data dan fakta tersaji manis di mejanya, ia ingin orang-oranglah yang datang ke mejanya membawa semua bukti-bukti itu.

Apakah saya sudah menjadi orang yang benar? Belum. Apakah saya termasuk yang mencari kebenaran? Bisa jadi, karena dengan bergabung di kompasiana ini salah satu cara saya untuk belajar, belajar membaca sudut pandang yang berbeda-beda dari rekan-rekan kompasiana. Banyak informasi, ilmu, wawasan, dll yang bisa dapat dari sini, tapi cukupkah dijadikan modal untuk mencari kebenaran? Tentu belum cukup, masih banyak hal yang ada diluar kompasiana, banyak hal yang tidak bisa dituliskan di kompasiana ini, banyak hal yang harus disaksikan sendiri, dirasakan sendiri dan dibuktikan sendiri.

(Untuk kuliner mania) banyak cerita atau tulisan tentang nikmat, gurih, atau bahkan rasa gatal-gatal dikulit setelah makan belalang goreng, tapi nikmat, gurih, gatal-gatalnya belalang goreng itu seperti apakah? hanya yang pernah memakannya yang tahu rasanya. Dan apabila sudah pernah memakannya dan kemudian terasa gatal tidak berarti bisa disimpulkan bahwa semua orang yang makan belalang goreng pasti gatal-gatal, begitu pula sebaliknya. Tapi kalau kemudian menyimpulkannya hanya berdasarkan suatu pengamatan, dan kebetulan yang diamati setelah makan belalang goreng bikin gatal-gatal dikulit tanpa mau mencobanya sendiri, menjadi benar apa yang disampaikan mas Arif Budi Utomo, perdebatan gatal-gatal dan nikmat hanya akan sampai pada titik “menjemukan”, karena cuma berniat mencari sebuah pembenaran atas pengamatannya, dan bukan benar-benar berniat ingin mencari sebuah kebenaran tentang rasanya makan belalang goreng.

Catatan: Tulisan ini terinspirasi oleh tulisan mas Arif Budi Utomo, sebuah tulisan tentang sebuah perdebatan yang sampai pada titik menjemukan.

http://filsafat.kompasiana.com/2012/09/29/berharap-%E2%80%98andai-tuhan-tidak-ada%E2%80%99/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline