Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Ketika Shin Tae-yong Berdiri di Persimpangan antara Piala AFF dan Kualifikasi Piala Dunia 2026

Diperbarui: 14 Juni 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shin Tae-yong sukses membawa Indonesia lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 (Sumber gambar: pssi.org)

Selama 4 tahun masa kepelatihannya di Indonesia, Shin Tae-yong mempunyai 'hutang' yang hingga kini belum terbayar. Hutang itu adalah memboyong Piala AFF dan mempersembahkannya pada rakyat Indonesia. Prestasi paling tinggi hanya sebatas runner-up saja.

Lagu inilah yang kerap dinyanyikan para pengkritiknya. Peningkatan performa tanpak diiringi piala, sama saja dengan omong kosong. Hasil kerja selama ini dengan performa bagus di beberapa ajang, bahkan membuat nama Indonesia mulai diperhitungkan di Asia tetap belum cukup.

Mereka hanya butuh satu hal saja, Piala AFF, titik.

Kesempatan itu sebenarnya terbuka lebar dalam gelaran Piala AFF 2024 yang kini berubah nama menjadi Piala ASEAN 2024. Pada bulan November-Desember 2024, ajang ini akan digelar. Dengan skuad yang mampu diandalkan, Shin Tae-yong berkesempatan membayar lunas hutang tersebut. Apalagi secara psikologis skuad Shin Tae-yong merasa lebih dibandingkan 2 pesaingnya.

Namun hasil putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 mengubah rencana itu. Pasca lolos ke babak ketiga, agenda padat terpampang di depan Shin Tae-yong dan anak asuhnya.

Berdasarkan jadwal yang dirilis AFC, Shin Tae-yong dan anak asuhnya akan memperjuangkan mimpi Piala Dunia 2026 mulai bulan September-Desember. Ajang ini berhimpitan dengan Piala AFF 2024.

Sehingga mustahil Shin Tae-yong menerjunkan skuad Kualifikasi Piala Dunia 2026 ke ajang Piala AFF. Menyatakan absen dari Piala AFF 2024, jelas hal yang tidak elok.

Situasi ini mengingatkan pembicaraan beberapa bulan yang lalu saat Erick Thohir mewacanakan membentuk 2 timnas. Timnas A akan berlaga di level Asia, sedangkan timnas B untuk level ASEAN. Masalah kualitas, jelas timnas A lebih baik.

Lama wacana itu menghilang, kini mau tidak mau wacana itu menjadi pembicaraan lagi. Sebab hanya ini satu-satunya cara. Menerjunkan 2 timnas di waktu bersamaan dalam ajang berbeda menjadi pilihan yang tidak dapat dihindarkan.

Lalu mungkinkah menugaskan Shin Tae-yong menukangi 2 timnas tersebut? Jelas juga hal yang tidak mungkin. Level persaingan yang semakin tinggi di putaran ketiga membuat Shin Tae-yong harus fokus dengan ajang tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline