Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Profesi Guru Itu Panggilan Jiwa Walau Kadang Diawali Keterpaksaan

Diperbarui: 7 Juni 2024   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi suasana santai dalam belajar (Sumber gambar: gramedia.com)

Saat berkunjung ke rumah salah seorang teman lama, kebar cukup mengejutkan saya dapatkan. Ketika menanyakan tentang kabar anak bungsunya, ternyata sekarang dia jadi guru di sebuah sekolah kecil pinggiran kota.

Kabar ini jelas mengejutkan. Pasalnya, anak bungsu teman lama itu sarjana psikologi dari sebuah kampus ternama. Kini mengabdi di sebuah sekolah swasta kecil di pinggiran kota. Sebuah situasi yang jelas tidak masuk akal.

"Kok, jadi guru?" tanya saya sedikir heran.

"Dia yang mau."

"Serius?"

"Ya, awalnya guru SMP-nya yang nawarin. Iseng saja. Eh, dianya tertarik," jawab teman saya.

Dialog singkat itu terjadi 4 tahun yang lalu. Konon hingga hari ini sang anak masih mengabdi di sekolah tersebut, tapi kini statusnya sudah PNS.

Gambaran situasi ini menunjukkan bahwa untuk menjadi guru ternyata tidak harus lahir dari sekolah atau kampus keguruan aja. Buktinya, apa yang terjadi pada salah satu anak teman bisa menekuni profesi itu. Saat saya tanya, apa yang dilakukan jadi tantangan.

Bekal ilmu yang dimiliki ternyata mendukung, sebab dia menjadi guru Bimbingan dan Konseling. Selain itu, dia juga aktif di beberapa LSM berkaitan anak-anak.

Saya sendiri menjalani profesi guru mendekati 35 tahun. Perjalanan yang terhitung cukup Panjang bagi profesi seorang guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline