Dalam dua hari ini Liga Champions memasuki babak perempat final, sebuah babak krusial yang akan membawa 4 dari tim yang ada untuk menjejak babak semifinal. Inggris sendiri pada babak ini menempatkan 2 wakilnya, Manchester City dan Chelsea. Sedangkan tim lain yang juga lolos dalam babak ini adalah Bayern Muenchen (Jerman), Benfica (Portugal), Inter Milan, AC Milan, dan Napoli (Italia). Sebuah kejutan baru, karena Italia berhasil menghadirkan 3 wakilnya.
Catatan menarik dibukukan oleh tim Inggris, Manchester City dan Chelsea. Sejak awal keduanya boleh dibilang pada posisi apes saat drawing babak 8 besar digelar. Berbeda dengan apa yang didapat klub-klub dari Italia. Menchester City harus berhadapan dengan raksasa Jerman untuk melangkah ke babak semifinal. Demikian pula dengan Chelsea, lawan yang dihadapi tidak kalah seramnya dengan Manchester City, Real Madrid.
Hasil drawing yang kurang menguntungkan jelas membuat keduanya harus berpikir seribu kali untuk melalui rintangan itu. Karena bagaimanapun juga Bayern Muenchen maupun Real Madrid bukan klub kaleng-kaleng, apalagi Real Madrid yang mempunyai mental juara.
Akhirnya laga pun digelar. Manchester City mampu membekap Bayern Muenchen dengan skor telak, 3-0. Faktor Ettihad diakui atau tidak menjadi salah satu penyebabnya. Dengan bermain di kandang, pada pemain Manchester City akan mendapatkan dukungan penuh dari pendukungnya.
Catatan lain yang cukup menarik adalah kondisi Bayern Muenchen sendiri. Pergantian pelatih, dengan tampilnya Tuchel sebagai arsitek baru tentu saja sangat berpengaruh. Terbukti meski Bayern Muenchen tampil menyerang seperti biasanya dengan menguasai 56% ball possesion, ternyata justru shoot on goal Manchester City dua kali lipat dibandingkan Bayern Muenchen, 9-4.
Dari 9 shoot on goal tersebut, 3 tendangan sukses memaksa Sommer kiper Bayern Muenchen memungut bola dari gawangnya. Adalah Rodri, Bernardo Silva, dan Haaland yang melakukan semua itu. Walhasil tugas berat pun menanti Bayern Muenchen pada leg kedua.
Nasib berbeda justru dialami Chelsea. Harus bertanding di Santo Barnebau bagi Chelsea sudah menjadi beban tersendiri. Sebab Real Madrid selalu perkasa di kandang selama Liga Champions digelar. Kondisi kurang menguntungkan pun dialami oleh Chelsea dengan pergantian pelatih. Keberadaan Frank Lampard sebagai pelatih, jelas kalah kelas dibandingkan Carlo Ancelloti yang telah merasakan asam garam persaingan keras di berbagai liga Benua Biru.
Seperti dapat diprediksi sebelumnya, di Santiago Bernabeu Chelsea kalah segalanya. Mulai dari penguasaan bola yang hanya 43%, hingga shoot on goal. Selama 90 menit pertandingan, Chelsea hanya mampu melesakkan 3 tendangan ke gawang dari 7 tendangan yang ada. Sedangkan Real Madrid melakukan 10 shoot on goal, dari 18 tendangan yang dilesakkan.
Keadaan semakin kacau saat Chilwell harus menerima kartu merah pada menit ke-59. Masuknya Asensio menambah ngeri daya dobrak Real Madrid. Sehingga pada menit ke-74, Real Madrid menggandakan kemenangan lewat gol Asensio melengkapi gol Benzema pada menit ke-21.
Berkaca dari 2 hasil tersebut, tampaknya Manchester City dapat bernapas sedikit lega. Hanya keajaiban yang bisa menggagalkan mereka menjejak babak semifinal. Nasib berbeda dialai Chelsea. Jika keajaiban yang dapat menggagalkan peluang Manchester City, bagi Chelsea hanya keajaiban pula yang dapat mengantar mereka ke babak semifinal. Sebab di luar kandang pun Real Madrid tidak kalah perkasanya.