Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Menyimak Gaya Menulis para Senior di Kompasiana

Diperbarui: 30 Maret 2023   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi orang mengetik. (sumber: merdeka.com)

Meskipun tidak terlalu sering, saya suka menikmati tulisan para senior di Kompasiana. Bukannya sok, tapi sekedar menikmati apa yang mereka ceritakan lewat tulisan-tulisan mereka. Ada sisi lain yang tidak dimiliki maaf, para penulis yunior. Rasanya bagaimana begitu ketika menikmati diksi yang mereka mainkan.

Apa sih hebatnya tulisan mereka. Yang jelas, tulisan mereka mengalir seperti air dari sungai kecil di pegunungan. Adem rasanya. Termasuk pula saat di antara para senior saling berbalas komentar. Tampak sekali keakrabannya, walaupun terkadang terkesan nakal.

Ada lagi yang hebat, yaitu kedalaman tulisannya. Tema yang remeh, menjadi begitu gurih dalam kemasan mereka. Ibarat sama bahan-bahan dasarnya, di tangan para senior sajian yang muncul jauh berbeda. Tulisan yang tampil begitu dalam, dan menyimpan pesan di dalamnya. Bukan tulisan yang asal tulisan.

Hal ini bisa saja terjadi karena jam terbang yang dimiliki. Karena benar kata orang bijak, menulis itu adalah sebuah ketrampilan tak ubahnya pisau. Semakin diasah, semakin tajam. Ketika pisau tersebut dipergunakan, hasilnya berupa tulisan yang gurih dan bergizi.

Demikian pula dengan produktivitas tulisannya. Berbeda dengan para yunior yang menggeber hariannya dengan 2 hingga 5 tulisan, para senior tidak. Tulisan mereka hanya tampil sehari satu tulisan. Bahkan terkadang 2 atau 3 hari baru muncul satu tulisan. Namun begitu keluar, kelasnya bukan kaleng-kaleng.

Mungkin di sinilah yang dinamakan manajemen tulisan. Para senior sangat pandai memainkan perasaan pembacanya. Mereka membiarkan para pembacanya merindukan kehadiran tulisan mereka. Tahu kan, bahwa rindu itu indah. Sehingga ketika tulisan itu muncul, ada gairah untuk membacanya.

Sebagai perbandingan saja para pencipta lagu masa lalu maupan para penulis masa lalu. Lagu dan buku mereka abadi hingga saat ini. Kehadiran lagu dan buku mereka selalu dinanti para penggmarnya, saat pesona lagu atau buku itu mulai pudar, muncul lagu atau buku baru yang mereka hasilkan. Sehingga tidak heran jika para penggemarnya menyambut dengan antusias luncuran itu.

Nah seperti itulah yang dilakukan para senior. Membanjiri sebuah blog dengan tulisan kita hingga 4 atau 5 tulisan setiap hari, bukan hal yang bijak. Sebab dalam hal ini bukan kualitas yang dihasilkan, akan tetapi kuantitas. Tampaknya para senior sangat mengerti akan rumus ini, sehingga hampir tidak pernah kita temukan.

Berkaca dari itu semua, maka tidak salah jika saya ibaratkan para senior itu menulis dengan hati, bukan napsu mereka. Maka ketika hati yang berbicara, hasilnya pasti masuk ke dalam hati juga. Ujung-ujungnya membuat para pembacanya terbius tenggelam dalam tulisan ciamiknya.

Buat para senior di Kompasiana, salut buat kalian semua. Semoga saya bisa mengikuti jejak kalian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline