Saya termasuk golongan orang boros untuk potong rambut. Bayangin saja, setiap setengah bulan harus antri di tukang cukur langganan. Sebab semenjak saya memutuskan untuk berambut "sangat pendek" ini, mau tidak mau itu yang harus saya lakukan. Padahal saat tukang cukur memotong rambut ini, hanya 5 menit. Dan uang sepuluh ribu pun harus berpindah tangan sebagai ongkosnya. Tapi, no what-what alias tidak apa-apa.
Nah suatu ketika saya terkejut saya tiba jadwal potong rambut. Sang tukang cukur langganan wajahnya bermuram durja. Tidak ceria seperti biasanya. Padahal, biasanya teman yang dari Madura ini banyak banget ceritanya.
"Tumben Cak, hari ini sampeyan diam saja," tanya saya sambil menikmati pijatan di punggung saya.
"Lagi pusing, Pak."
"Pusing? Ada masalah, po?"
"Iya.'
"Berat?"
"Banget," jawabnya pendek. "Saya disuruh pindah dari kios ini."
"Lah, kenapa?"
"Nunggu uang sewa."