Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Pernah Bikin Stasiun Radio di Timor Timur

Diperbarui: 16 Desember 2022   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi radio. (sumber: majalahict.com)

Buat mereka yang pernah merasakan tinggal di Timor Timur saat masih dalam penguasaan kita, pasti sama dengan saya kenangannya. "Penderitaan" yang paling parah, adalah minimnya hiburan yang ada di wilayah itu. Apalagi seperti saya yang tinggal di Kabupaten Baucau, 130 kilo meter dari Dili. Bayangkan saja, di Propinsi Timor Timur hanya ada 1 buah gedung bioskop, itu pun di Kota Dili. Hiburan lain adalah siaran televisi, itu pun hanya TVRI, sedangkan siaran radio pun hanya ada RRI. Parah banget, kan?

Rasa haus akan hiburan itulah yang kemudian membuat saya dan beberapa teman guru di SMA Negeri 1 Baucau, berpikir untuk membuat sebuah radio. Secara kebetulan saya mempunyai koleksi kaset lumayan banyak, teman lain yang guru elektronika, punya keahlian membuat sebuah stasiun radio. Maka kloplah semuanya.

Dengan berbagai peralatan yang ada, maka kami gotong royong mendirikan stasiun radio itu yang berpangkalan di sekolah kami. Dasar memang sang teman itu ahli di bidang elektronika, hanya dalam waktu 1 minggu, stasiun radio kami siap mengudara. Daya pancar stasiun kami sekitar 5 -- 10 kilo meter. Sehingga siaran radio kami, mampu menjangkau wilayah sekitar kota kami.

Ada kejadian lucu saat kami memeriksa jangkauan siaran radio kami. Saat itu kami menggunakan sebuah radio transistor kecil, sambil berboncengan kami keliling kota sampai ke kecamatan terdekat. kami mencatat tempat-tempat yang mampu menangkap siaran radio kami. Cara ini sangat konvensional dan melelahkan, karena memang saat itu belum ada sarana komunikasi seperti HP. Kalau pun ada hanya HT yang hanya boleh dipakai Polisi dan TNI.

Saat siaran radio kami mulai mengudara, sambutan masyarakat sangat luar biasa. Daerah yang selama ini hanya punya 2 pilihan hiburan TVRI dan RRI, kini ada alternatif lain. Koleksi kaset yang saya miliki termasuk lagu-lagu baru pada masanya, menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga sejak saat itu, mulai dari jam 6 sore hingga 10 malam radio kami memenuhi udara kota Baucau. Demikian pula pada pagi hari, jam 5 hingga 6, sebab setelah jam 6 listrik kota dimatikan untuk penghematan.

Lewat siaran radio ini, kami mampu merangkul berbagai kalangan. Dari masyarakat Timor sendiri, juga anak-anak murid, para pendatang, termasuk Polisi dan TNI yang bertugas di wilayah itu. Kemudian untuk operasional radio, termasuk menambah koleksi kaset kami atasi dengan menjual kupon untuk kirim salam dan pesan lagu. Dan lagi-lagi cara ini efektif untuk menggalang dana operasional.

Namun sayang operasional radio ini akhirnya harus berhenti. Ketika teman yang ahli elektronika itu mutasi ke Jawa, pemeliharaan radio pun terganggu. Apalagi di antara kami tidak ada yang paham dengan urusan satu ini. Akhirnya, perlahan-lahan siaran radio kami pun menghilang. Tapi lumayanlah paling tidak selama 3 tahun radio kami telah mewarnai Kota Baucau.

Lembah Tidar, 16 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline