Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Pertamax, Pertalite, Pertamax, Pertalite ....

Diperbarui: 31 Maret 2022   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalimat itu mungkin yang akan muncul dari orang-orang yang telah beralih ke pertamax. Hal ini didasarkan pada kenyataan, bahwa sebagian orang telah mengalihkan penggunaan BBM dari pertalite ke pertamax. Kalau mereka yang sadar bisa saja mengatakan bahwa mereka membantu pemerintah mengurangi subsisi BBM yang kian membengkak.

Namun di sisi lain, ada yang mempergunakan pertimbangan lain. Saat kendaraan menggunakan pertamax, tampak sekali perbedaannya. Mesin terasa lebih enteng, dan hal ini langsung terasa saat seseorang pertama kali beralih. Kalau yang sudah biasa menggunakan sih sudah biasa.

Kabar angin tentang kenaikan pertamax ini sebenarnya sudah agak lama. Terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina. Pasokan minyak dunia yang tersendat, berdampak dengan terkereknya harga minyak mentah hingga di atas 100 dollar, dan ujung-ujungnya kenaikan harga BBM. Dan ini bukan hanya di Indonesia, lho!

Bagi negara-negara maju, kenaikan harga BBM tentu saja beda penyikapannya dengan di negara-negara berkembang. Gejolak yang muncul, tidak sehebat di negara-negara berkembang. Sikap masyarakat yang lebih rasional dan dewasalah, penyebabnya. Dan jangan lupa, tingkat kemakmuran so pasti berpengaruh.

Bagi negara berkembang, apalagi Indonesia yang sejak lama sudah dibuai dengan aneka ragam subsidi, jelas berbeda. Dapat dipastikan akan muncul reaksi keras. Untung saja yang naik bukan pertalite. Jika ini yang terjadi, enggak terbayang gejolak yang terjadi.

Kenaikan harga pertamax, secara nalar hanya akan menghantam sebagian kecil masyarakat saja. Mereka yang terdampak langsung adalah masyarakat pada strata menengah ke atas. Karena sangat sedikit sekali golongan bawah yang menggunakan pertamax.

Namun yang dikhawatirkan justru dampak yang terjadi. Kalau pun kemudian mereka pindah menggunakan transportasi massal, tentu saja bukan masalah besar. Karena justru kenaikan ini bisa menjadi momentum migrasi dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Di mana masyarakat terbentuk seperti apa yang ada di negara-negara maju. Mereka lebih nyaman ber-transportasi massal daripada nyetir sendiri.

Kekhawatiran yang muncul adalah migrasi kaum menengah ke atas dari pertamax ke pertalite. Jika hal ini terjadi, maka paling tidak ada 2 kemungkinan yang terjadi. Pertama terjadi kelangkaan pertalite karena permintaan melebihi ketersediaan. Kedua, bisa saja subsidi BBM untuk pertalite jebol karenanya.

Dari kemungkinan yang ada migrasi ke transportasi massal, dan migrasi ke pertalite, mungkin yang akan terjadi adalah kemungkinan kedua. Untuk kemungkinan pertama, rasanya sulit terjadi. Banyak hal yang membuat kalangan menengah ke atas enggan melirik transportasi massal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline