Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Percayalah, Konflik Rusia-Ukraina Tidak akan Meluas

Diperbarui: 1 Maret 2022   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: jpnn.com

Hari ini hari kelima pertempuran antara pasukan Rusia dengan Ukraina. Pertempuran saat ini masih berpusat di kota Kiev, kota yang mati-matian dipertahankan tentara Ukraina. Sebab Kiev boleh dibilang adalah jantungnya Ukraina.

Dalam berbagai laporan, meski Rusia kemarin sempat memasuki kota ini, namun tentara Ukraina berhasil memukul mundur. Sehingga sampai Senin kemarin, Rusia menempatkan konvoi militer sepanjang 60 kilo meter di utara Kiev, ibu kota Ukraina. Entah scenario apa yang saat ini bermain di benak Putin.

Saat perang mulai pecah pada tanggal 24 Februari 2022, muncul kekhawatiran akan kemungkinan menyebarnya wilayah peperangan. Bahkan ada sebagian kekhawatiran bahwa perang ini akan menjadi Perang Dunia III. Dalam benak mereka terbayang bagaimana tentara Jerman pada tahun 1939 -- 1945 menimbulkan kekacauan yang luar biasa. Dan imbasnya merembes ke Asia dengan dimotori sekutu Jerman, yaitu Jepang,

Jika mau dicermati, skala perang Rusia -- Ukraina tidak akan sebesar dan serumit itu. Hal ini dapat dilihat dari tuntutan Rusia pada Ukraina dalam perbincangan Putin dengan presiden Perancis Macron.  Dari pernyataan yang dirilis dari Kremlin, Putin mengatakan bahwa negeri itu harus netral dan tak memihak Barat. (CNBC, 1 Maret 2022).

Nah, sebenarnya itu yang menjadi permasalahan Rusia. Diakui atau tidak, pasca pecahnya Uni Sovyet pada tahun 1991 membawa dampak yang tidak mengenakkan bagi Rusia sebagai bagian terbesar Uni Sovyet. 

Negara-negara pecahan Uni Sovyet tersebut, berbondong-bondong menjadi anggota NATO yang nota bene musuh bebuyutan Rusia (Uni Sovyet).

Dahulu, saat Uni Sovyet masih Berjaya, terjadi kekuatan seimbang antara kedua belah pihak, NATO dan Pakta Warsawa. Selain itu, Uni Sovyet memiliki perisai keamanan yang luar biasa. 

Mereka adalah negara-negara di kawasan Eropa Timur yang berada dalam kendali Moskow. Negara-negara inilah yang seaklan berfungsi sebagai parit yang memisahkan Uni Sovyet dengan kekuatan Barat, Jerman Barat, Perancis, Inggris, dan negara-negara Eropa Barat lainnya.

Setelah Uni Sovyet bubar, maka satu persatu perisai itu lepas. Runtuhnya komunisme di Uni Sovyet, membuat mereka lepas dari faham itu. Dan arah perkembangan mereka beralih ke Barat yang lebih menjanjikan secara ekonomi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline