Kekalahan dari Australia bukanlah kekalahan yang memalukan, namun kekalahan yang bermartabat.
Akhirnya Garuda Muda harus takluk di tangan Australia dengan skor 0 -- 1, malam tadi. Target untuk mendulang selisih 2 gol agar dapat maju ke babak berikutnya, tidak tercapai. Walhasil dengan aggregate 2 -- 4, Australialah yang berhak maju ke Uzbekistan tahun depan.
Kalau menurut saya pribadi, kekalahan 0 -- 1 tadi malam adalah sebuah pencapaian yang patut diapresiasi. Ungkapan ini bukan sebuah sindiran, akan tetapi mengacu pada apresiasi atas perjuangan para Garuda Muda yang begitu perkasa.
Menahan gempuran skuad Australia selama 90 menit, bukanlah hal yang mudah. Australia yang memiliki keunggulan di semua lini, bukan tidak mungkin membombardir gawang Ernando dengan lusinan gol.
Namun secara fakta, hanya sekali Ernando harus memungut bola dari gawangnya, tadi malam.
Tak dapat dimungkiri, tidak ada satu pun kelebihan yang kita miliki atas Australia. Bahkan hampir semua negara di kawasan Asia Tenggara, dapat dipastikan mengalami banyak kesulitan saat meladeni Australia. Bagaimana tidak, postur jangkung mereka sudah modal yang luar biasa.
Kultur sepak bola mereka yang mengacu ke Eropa, pun menjadi modal yang luar biasa. Kemampuan passing, menjaga bola, mengatur strategi, termasuk reading the game, mereka miliki semuanya.
Hal ini tampak pada laga semalam. Para pemain Australia, begitu enak memainkan bola di semua lini lapangan. Bahkan mereka mampu "mempermainkan" para pemain Indonesia.
Meraka sangat paham, kapan harus menahan bola dan kapan pula harus melepas bola. Satu kelebihan yang harus diakui belum dimiliki oleh para pemain kita.
Namun apakah Australia kemudian menjadi tembok besar yang tidak mampu ditembus? Tentu saja jawabannya tidak. Hal ini paling tidak didasarkan pada 3 hal yang terjadi pada 2 leg pertandingan Indonesia -- Australia.