Arina duduk termenung di kursi teras, Anita sobat karibnya menunggu kalimat yang akan keluar dari bibirnya. Namun tetap tidak ada.
"Rin, tetap kamu tidak akan qurban tahun ini?" Anita mengulangi pertanyaannya.
"Iya, Nit."
"Lha kenapa?"
Arina hanya duduk terdiam. Tangannya meraih gelas di meja sebelah. Nampak dia mencoba menenangkan diri.
"Nggak ada uang?"
"Iya. Kebetulan beberapa bulan ini banyak kebutuhan yang harus aku beli."
"Padahal, selama ini kamu gak pernah absen lho," kata Anita.
Arina dan Anita adalah sahabat karib. Pertemanan mereka luar biasa. Tak pernah sekali pun mereka berselisih. Mereka mampu saling menjaga dan mengingatkan jika ada hal-hal yang kurang pas. Seperti saat ini.
Selama ini Arina termasuk kelompok keluarga yang tidak pernah absen memotong hewan qurban. Kesadaran akan ajaran agamalah yang mendorongnya. Demikian pula dengan Anita, pemahaman agama yang sama dengan Arina membuatnya istiqomah dengan kewajiban ini.
"Atau begini. Aku pinjamin uangku dulu. Nanti kalau kamu sudah ada uang, bisa diganti. Dan aku tidak buru-buru memakainya kok," bujuk Anita.