Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Menulis, Bentuk Aktualisasi Diri

Diperbarui: 4 Juli 2021   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: health.kompas.com

Suatu hari saya bertemu dengan salah seorang teman. Ada satu kalimat yang membuat saya mengernyitkan dahi. Dia mengatakan bahwa kegiatan dia menulis, ya menulis saja. Mau dibaca orang atau tidak, dia enggak peduli. Yang penting menulis.

Dengan hati-hati saya sanggah omongannya. Saya katakana, pasti Anda sedang berbohong dengan hati kecil Anda sendiri. Bagaimanapun juga Anda juga manusia. Sudah kodratnya, manusia selalu ingin diperhatikan dalam skala sekecil apa pun.

Saya tanya lagi, apa tujuan dia menulis. Dikatakannya, dia ingin mengekspresikan apa yang ada di dalam hatinya. Dia ingin mengeluarkan semua uneg-uneg di hatinya. Pokoknya dia ingin sampaikan semuanya. Itu yang dikatakan.

Lha, kalau tidak ingin dibaca orang, darimana orang akan tahu isi hati yang dicurahkannya. Darimana juga dia tahu bahwa apa yang mengganjal di hatinya sudah diketahui orang lain. Dari mana pula dia tahu bahwa ada solusi atas ganjalan yang ada di hatinya.

Mendengar berondongan pertanyaan saya, dia pun terdiam. Bibirnya nampak terkatup rapat. Dahinya berkerut, menunjukkan dia sedang berpikir keras. Akhirnya dia pun mengangguk. Membenarkan apa yang saya sampaikan. Dikatakan pula bahwa mungkin pendapatnya selama ini salah. Titik.

Nah, kesimpulannya tidak mungkin ada orang menulis yang tidak ingin dibaca orang tulisannya. Kalau memang itu tujuannnya, yah untuk apa dia menulis. Buang-buang energi waktu dan lainnya. Mending duduk manis, bengong di sudut kamar.

Menulis adalah bentuk aktualisasi diri. Menulis adalah keinginan untuk menyampaikan ide, cerita, gagasan, pemikiran, dan lain-lain. Dan yang pasti, si penulis pasti menginginkan apa yang ditulis itu diketahui sebanyak-banyaknya orang. Langkah berikutnya adalah mungkin ada respon dari orang yang membacanya.

Kalau kita mau jujur, jumlah pembaca menjadi vitamin sendiri bagi siapa pun yang menerjunkan diri dalam bidang tulis-menulis. Semakin banyak pembaca yang singgah di tulisan kita, semakin memotivasi kita untuk terus berkarya. Termasuk pula semakin banyak kritik atau saran terhadap tulisan kita, justru itulah pupuk yang akan mendewasakan tulisan kita. Karena kesempurnaan dalam menulis harus melalui proses itu.

Kadang kita geleng-geleng kepala saat menemukan sebuah tulisan dengan gagasan yang begitu ringan dan sepele. Namun ketika gagasan itu ada di tangan penulis tertentu,ternyata begitu banyak orang yang tertarik denga nisi tulisan itu. Padahal kalau kita amati, apa yang diungkapkan hal yang sepele tidak ada yang istimewa. Dan bukan tidak mungkin semua orang mengetahuinya. Tapi di tangan mereka lain hasilnya.

Nah, itu adalah hasil dari pendewasaan tulisan yang selama ini dibuatnya. Saya yakin, dulu dia pasti tertatih-tatih saat mulai terjun ke dunia tulis-menulis. Berbekal dari hal itu, maka tak ada salahnya kita mulai memasang target bagi tulisan kita. Jangan lagi yang penting menulis, menulislah yang penting-penting. Mengunjungi tulisan teman lain, adalah salah satu jurus manjur untuk mengangkat tulisan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline