Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Keajaiban Itu Datang 3 Kali

Diperbarui: 16 Maret 2020   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cnnindonesia.com

Kalau keberuntungan datang berkali-kali, rasanya kok tidak mungkin. Jarang kita temukan orang yang selalu beruntung dalam hidupnya. Semua datang serba kebetulan, layaknya sinetron-sinetron di televisi kita. Namun jika keajaiban datang berkali-kali, inilah yang terjadi pada Praven Jordan dan Melati dalam gelaran All England 2020 ini.

Datang bukan sebagai unggulan utama, mungkin menjadikan ringan beban mereka. Debut mereka mengejutkan saat mengalahkan unggulan kedua dari China, dengan permainan 3 set yang ajaib, mereka mampu tampil menjadi pemenang.

Posisi 10 -- 18 yang terbilang mustahil, ternyata dapat mereka tuntaskan. Kalau hal ini dikatakan keberuntungan tentu saja tidak adil. Kerja keras merekalah yang menjadi penyebabnya.

Maju ke semi final dengan status kejutan tentu saja agak dipandang sebelah mata. Apalagi yang harus dihadapi adalah pasangan yang tengah naik daun, Marcus Ellis dan Lauren Smith.

Keduanya pasangan tuan rumah yang tentu saja mendapat dukungan penuh dari penonton. Lagi-lagi dengan sport jantung, apalagi dalam gim kedua mereka dikalahkan dengan 21 -- 23, ternyata Praven dan Melati mampu menutup game dengan 21 -- 11. Amazing.

Keajaiban ketiga terjadi lagi pada malam ini. Berhadapan dengan musuh bebuyutan dengan kans yang sama beratnya.

Pasangan Dechapol dan Sapsiree yang maju setelah berdarah-darah mengalahkan pasangan Korea Selatan dengan durasi 83 menit, tentu saja bukan lawan yang mudah. Skor pertemuan keduanyapun terhitung tipis 3 -- 2 untuk Praven dan Melati. Gambaran akan ramainya pertemuan mereka telah tampak dari awal.

Dan benar juga pertemuan mereka berjalan dengan alot. Susul-menyusul skor terjadi pada babak pertama, yang akhirnya dimenangkan Praven dan Melati. Namun seringnya serice Praven terkena foul, berakibat dengan pecahnya konsentrasi dirinya. Akibatnya Praven dan Melati dipaksa menyerah pada angka 17.

Namun kejadian luar biasa justru terjadi pada rubber game. Seakan ingin meluapkan kemarahannya, Praven mengeluarkan seluruh energinya. Sehingga menutup interval pertama dengan angka 11 -- 3, sebuah pencapaian yang luar biasa.

Situasi inilah yang nampaknya merusak konsentrasi Dechapol dan Sapsiree, sehingga begitu banyak unforced error yang mereka lakukan. Dan akhinya semua berakhir dengan manis, Praven dan Melati mampu meraih juara ganda campuran All England 2020, sebuah turnament yang sangat bergengsi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline