Semula saya tak pernah percaya tentang mitos Anfield yang tidak angker bagi klub-klub Spanyol. Sebagai Liverpudlian sejati, saya yakin Liverpool akan mampu mengikis agregat saat berkunjung ke markas Atletico Madrid. Selisih satu gol, bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan.
Keyakinan saya ini bukannya tanpa dasar. Pertama, dukungan para pemain keduabelas, tidak perlu diragukan lagi. Teriakan mereka pasti mampu merontokkan nyali squad Simeone. Kedua, squad Liverpool sangat mengerikan di Liga Inggris. Terbukti mereka baru membukukan satu kekalahan di Liga. Ketiga, mereka lebih fokus di Liga Champions gelar di liga Inggris sudah dalam genggaman.
Berbekal keyakinan tersebut babak pertama pun berlangsung luar biasa. Penguasaan bola yang mencapai 67%, ditambah selusin tembakan dengan 8 on target menjadi bukti keganasan Liverpool.
Namun ternyata itu tidak terjadi pada babak berikutnya. Dengan kepiawiannya, pasukan Simeone mampu menebar ancaman bagi Liverpool. Status klub tanpa bintang mentereng ternyata luar biasa. Konektivitas yang mereka bangun, mampu membuat frustasi anak asuh Klopp. Bombardir tembakan ke gawang yang hanya membuahkan 2 gol menjadi bukti nyata. Dan tragisnya tembakan pemain jebolan Liga Inggris, Alvaro Moratti yang membenamkan ambisi Liverpool. Sungguh sebuah ending yang luar biasa. Bagi Simeone, kisah ini menjadi sebuah esok yang luar biasa.
Bagi Klopp, nampaknya anda tidak bisa memiliki keduanya. Menyandingkan kampiun di liga dengan Champion belum saatnya. Mungkin ini saat anda harus bergantian dengan Pep untuk menggapai salah satu. Dengan catatan, Pep mampu menaklukkan Real Madrid. But, who knows? Bola itu bulat.
Salam Bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H