Lihat ke Halaman Asli

Semuanya Matematika

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1290052515439316332

Matematika merupakan bidang studi yang dalam sejarahnya, sering dianggap sebagai pelajaran yang 'menakutkan' bagi sebagian siswa karena dianggap susah, rumit dan membosankan, tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa: "Matematika merupakan akar dari semua ilmu pengetahuan", seperti yang pernah dikatakan oleh Prof Dr BJ Habibie. Dan ini terbukti, dimana hampir tidak ada pekerjaan, yang tidak melibatkan itung-itungan matematika meskipun dalam bentuk yang paling sederhana. Mengingat pentingnya matematika, sudah seharusnya orang tua memacu atau memberikan motivasi kepada anak-anak supaya mencintai matematika dalam dosis atau takaran yang tepat, jika tidak ingin mendapatkan hasil sebaliknya. Pada saat ini berbagai metode matematika berkembang dalam bentuk pelatihan / kursus , seperti : KUMON, SEMPOA, SAKAMOTO yang tersebar hingga pojok-pojok kota dan mendapat respon positif dari sebagian orang tua, bahkan ada beberapa sekolah formal yang menganjurkan muridnya untuk mengikuti salah satu metode matematika yang ada. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, biasanya sang murid akan mengikuti berbagai lomba, baik matematika umum atau matematika yang sesuai dengan metode yang dipelajarinya. Melalui lomba ini, anak-anak akan lebih terpacu untuk mempelajari matematika lebih dalam lagi. Tetapi orang tua harus bijaksana dan hati-hati, karena semangat dan niat yang 'mulia' bagi anak-anaknya justru bisa menjadi 'blunder' jika salah dalam mengambil keputusan. Mengapa demikian ?

  • Meskipun 'Matematika adalah akar dari semua ilmu pengetahuan', tetapi hidup bukan hanya matematika, dengan mengikuti beberapa les matematika, bahkan katanya ada yang mencapai puluhan (karena ingin ikut olimpiade matematika), maka orang tua telah merampas hak anak untuk belajar hal lain selain matematika, seperti : olah raga, seni, ilmu sosial dan lain-lain. Padahal dalam kehidupan nyata, '1 + 1' hasilnya belum tentu 2.
  • Orang tua harus benar-benar mengetahui, apakah anaknya benar-benar menyukai matematika, bukan karena tekanan sepihak dari orang tua, seandainya anak-anak sekarang bisa mengikuti dan berprestasi, tetap harus diberikan pertanyaan : "Apakah dia benar-benar menyukainya", karena untuk semua profesi atau pekerjaan, seseorang yang berhasil adalah yang mampu mengkombinasikan antara bisnis dengan hobi atau kesukaannya.
  • Terlalu berlebih menjadi 'benci', bisa dibayangkan jika setiap hari anak-anak harus mengikuti berbagai les matematika yang bervariasi, dan jika tidak cukup dengan kursus pada lembaga pendidikan matematika, orang tua akan mencari guru-guru les yang mumpuni (kayak cerita silat) yang mampu membawa anaknya untuk menjuarai berbagai kompetisi. Apakah anak-anak tidak merasa jenuh ?, apakah dia masih akan mencintai matematika hingga tingkat SMU ?

Matematika sangatlah penting, janganlah memberikan 'racun' kepada anak-anak sehingga dia membenci matematika, didiklah dengan wajar dan proporsional, sehingga kita dapat membentuk anak-anak seutuhnya untuk menjadi pribadi yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline