Pagi ini saya sangat sedih mendengar berita kecelakaan kereta Argo Bromo dengan Senja Utama di Petarukan. Petarukan kira-kira jaraknya hanya 25 kilometer dari Pekalongan (saya ukur dari google earth), dimana jika kereta malam sudah sampai Pekalongan, maka kereta akan berganti masinis. Saya berangan-angan, bisa jadi para masinis tersebut dalam kondisi yang sangat lelah, dan di puncak kelelahan tersebut mereka mungkin saja mengantuk, selain itu mungkin mereka merasa bahwa sudah sangat dekat dengan tujuan (sebelum mereka digantikan masinis lain), sehingga mereka sedikit kurang waspada. Saya jadi teringat pengalaman saya tahun 2003 naik lokomotif Argo Bromo. Waktu itu saya sendiri menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa mereka kadang tertidur sekejap. http://www.fotografer.net/isi/galeri/lihat.php?id=55039 Berikut tulisan saya tahun 2003 tsb: "Suatu pagi di lokomotif kereta Argo Bromo Anggrek, ketika saya mau pulang ke Surabaya. Karena saya tidak mendapatkan tiket, maka aku nekat naik lokomotif. Pertama kali saya naik lokomotif, berdesakan dengan 6 penumpang lain, jadi total penumpang di lokomotif ada 8 orang termasuk 1 orang masinis dan 1 orang asisten masinis. Sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi saya pribadi, saya bisa tau betapa berat kerja sorang masinis dengan gaji yang pas pasan. Biaya untuk naik lokomotif dari Jakarta sampai Surabaya adalah 60 ribu (2 x 30 ribu). 30 ribu yang pertama adalah untuk masinis dari Jakarta sampai Pekalongan, terus 30 ribu lagi untuk Pekalongan sampai Surabaya. Kenapa harus 2 kali bayar? karena ketika sampai di Pekalongan masinis dan asistennya ganti orang. Kita tidak perlu bingung2 bayar, karena si masinis sudah biasa dan tidak sungkan2 menarik dari para penumpang yang ada di lokomotif. Kalo biasanya saya tidur dg enak di gerbong eksekutif, kali itu saya tidur sedikit banget, selain karena tempatnya cukup sempit dan kotor, saya juga penasaran pingin melihat bagaimana masinis menjalankan kereta. Ketika malam semakin larut, dan jalan pemandangan yang terlihat cuman rel kereta yang membentang di depan, para masinis terlihat sangat mengantuk, bahkan salah satunya tidur dengan pulas, dan satunya lagi agak2 tidur. Ketika kereta agak terguncang karena rel yang kurang rata, buru2 mereka bangun dan segera membunyikan bel untuk sekedar membuat mereka sendiri terbangun. Untunglah akhirnya saya sampai juga di Surabaya dengan selamat hari itu." Poin yang ingin saya sampaikan adalah: Dengan tanggung jawab yang begitu besar, dimana ratusan nyawa (50 org/gerbong x 10 gerbong = 500 orang) bergantung padanya, sudah sepantasnya kesejahteraan mereka juga diperhatikan. Bisa jadi karena penghasilan mereka minim, mereka harus kerja overtime, atau bahkan kerja sambilan waktu siang hari di luar profesinya sebagai masinis malam. Sehingga malamnya saat mereka bertugas, kondisinya sudah tidak terlalu fit. => Tingkatkan kesejahteraan masinis. Gajilah mereka dengan bagus, karena itu sesuai dengan tanggung-jawab yang dia emban. Mari ber-fokus ke "bagaimana menghindari kejadian yang sama di masa depan" dan jangan terlalu lama berfokus pada "siapa yang salah tadi malam".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H