Lihat ke Halaman Asli

Lakon Sang Ibu

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap malam ia selalu keluar,...

berdandan menor bergincu tebal.....

Hanya satu yang dia fikirkan,...

demi terkumpul lembar demi lembar.....

Caci maki selalu dia terima,..

umpatan kasar adalah lagu yang biasa dia dengar...

Lemparan batu terkadang menemaninya,...

para tetangga yang riskan dengan keberadaanya.....

Dia tak tau apa itu reformasi,.....

dan dia tak mengerti hiruk pikuknya warga negeri....

Yang dia tau hanyalah kebutuhan sang buah hati,...

walaupun hanya sepiring nasi....

Matanya nanar merah menyala,...

layaknya ufuk ditimur menggantung senja...

Terhembus asap rokok setiap malam,...

demi menunggu para lelaki malam....

Usianya setengah baya,...

karena dia memang sudah tidak muda....

Rambut putih mulai menghiasi kepala,...

Akankah hari esok menuai asa.....

Tak pernah dia hidup bercita-cita,...

tak ingin dia bercerita tentang cinta....

Kepahitan selalu menjadi sahabat karibnya,...

tapi dia ikhlas menjalankan tanpa keluh kesah....

"Oh Tuhan di atas sana,......"

"Begitu tinggikah Kau bersinggasana,..."

"Hamba mu yang hina memohon dalam derita dan air mata"...

"Smoga tak berat siksa yang kuterima"...

"Adakah hari esok tuk anak ku?",..

"smoga saja tak kau alami nasib seperti ibu"...

"walau ku tau perbuatan ini tak layak kau gugu",...

"smoga kelak nasib baik menghampirimu"........




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline