Sebuah bangunan berkotak-kotak sekat yang kita menyebutnya kelas tempat pembelajaran dilaksanakan. Interaksi murid dan guru terjalin dalam suasana kebathinan penuh kasih. Guru keikhlasannya mengajar dan keteladanannya menjadi inspirasi. Siswa keikhlasannya belajar dan kerelaannya berjerih payah pendewasaan adalah bekal masa depan gemilang.
Empati menjadi dasar dan kesediaan menunaikan tugas adalah sebentuk kecil pengabdian pada negeri. Guru adalah suluh pun murid adalah tunas. Suluh menjadi penerang dan penunjuk jalan kebenaran agar tunas tumbuh kuat kompetitif menghadapi perkembangan zaman yang merupakan keniscayaan. Ilmu yang dipelajari hakikatnya pondasi agar kokoh menghadapi segala badai menerjang. Pengembangannya untuk menjadi diri sejati ada pada ketangguhan sang murid untuk berdikari menjadi dirinya sendiri yang hakikatnya adalah pemenang.
Kotak-kotak sekat kelas sesungguhnya adalah arena juang dimana bekal kehidupan sedikit demi sedikit dikumpulkan menjadi kompetensi utuh terintegrasi pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam satu diri. Insan paripurna tak mungkin tetiba menjelma, ia ditempa dengan beratnya belajar berjuta ilmu agar tegar berdiri kokoh mengatasi problema kehidupan. Generasi bangsa yang tangguh ditempa di sini. Kotak kelas.
Olah raga, olah rasa, olah hati, dan olah karsa keniscayaan yang selalu diajarkan agar tak terhenti karena sejatinya hidup sendiri adalah ruang belajar. Sekolah menyistematisasi pengolahan diri ragawi dan rohani yang adalah satu tak terpisah, tak mungkin mampu sendiri, dukungan keluarga dan lingkungan masyarakat kemutlakan yang meniscayakan sinergi. Bukankah sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah tri pusat pendidikan yang harus saling menguatkan?
Lembaran cerita sekolah mengisahkan tentang arti perjuangan dalam proses pendewasaan tak berbatas waktu, meski durasi sekolah tertentu tapi ikatannya tak bisa dilepas. Di tiap kisah sang tokoh siapapun itu selalu tercetak cerita sekolah. Manusia dan sekolah adalah satu karena manusia itu sendiri hakikatnya makhluk pembelajar, belajar sepanjang hayat adalah keniscayaan.
Aku, engkau, dan kita adalah pembelajar kehidupan. Sekolah menunjukkan dasarnya serta menanam pondasi dan lakon kehidupan mengajarkan arti pembelajaran yang sebenarnya. Belajarlah terus dan terus belajar karena dengan itu engkau menjadi dewasa dan tangguh menghadapi kehidupan. Demikian, sang pemenang takkan pernah berhenti belajar.
Hari-hari penuh kisah tergores di sepanjang waktu sekolah bahkan hingga lulus dan meninggalkan bangunan kotak-kotak bersekat kelas itu. Ia adalah bagian integral pendewasaan maka teruslah belajar. Sukses selalu dan berbahagialah, di dunia ini dan semoga di kesejatian nanti dengan ilmu yang engkau dapat walau sedikit di sekolah pun kehidupan. Sekolah dengan demikian butuh dukungan agar selalu tepat berada di rel kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H