petang yang lalu, begitu suara ayam terdengar berkokok lantang, dirimu menyegerakan terjaga dari lelapnya tidur dalam kelambu kain warisan leluhur
segera dirimu tunaikan fardhunya ibadah shalat shubuh, lalu bergegas menuju anak tangga dapur sembari memboyong keranjang piring kotor sisa semalam menuju pancur buatan tetangga
tak lupa, perapian kayu di atas setumpuk tanah dengan dinding pelupuh telah dirimu sediakan untuk sekadar memasak air kebutuhan sehari-hari
petang kemarin hal serupa belum terlalu banyak berubah, dirimu masih melakukan aktifitas rutin seperti biasanya
hanya saja berkembangnya ilmu dan pengetahuan yang dihasilkan manusia telah memudahkan dan tidak terlalu merepotkan seperti dulu
petang ini semuanya berubah dengan situasi sebaliknya, ayam berkokok justru melelapkan tidurmu diatas pembaringan empuk bulu angsa
bersolek dan merias diri demi terlihat menarik oleh mata-mata yang melihat jadi ritual sakral!
meskipun tidak dilarang, tapi dirimu telah menenggelamkan ke jurang terdalam esensi dari nilai estetika sebenarnya
mengapa? mengapa? semua tak sesakral dulu, wahai bunga desa!
curup
16.03.2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H