Lihat ke Halaman Asli

Agus Rifai

Mahasiswa di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Menuju Indonesia Emas 2045: Bagaimana Nasib Sektor Pertanian Kedepannya?

Diperbarui: 8 September 2024   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

demfarm.id

Nasib jangka panjang sektor pertanian di Indonesia tampak menghadapi tantangan dan peluang yang cukup besar kedepannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari Sensus Pertanian 2023, jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) menurun 7,45% dari hasil Sensus Pertanian 2013. Namun, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) meningkat 8,74% menjadi 28.419.398 rumah tangga. Selain itu, jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum meningkat 35,54% menjadi 5.705 unit.

Pertumbuhan ini tampak sebagai pergeseran dari usaha perseorangan menjadi usaha berbadan hukum, yang dapat menghadirkan efisiensi dan inovasi bagi sektor pertanian. Dengan demikian, meskipun menghadapi tantangan penurunan jumlah usaha perorangan, sektor pertanian Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh melalui peningkatan jumlah pertanian berbadan hukum dan rumah tangga usaha pertanian.

Produksi Tanaman Pangan Utama: Fakta di Balik Angka

Sebagai tulang punggung pangan nasional, menjadikan padi sebagai fokus utama dalam sektor pertanian di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami beberapa siklus naik turun produksi padi dalam kurun waktu 2017-2023 dengan tingat penurunan paling tinggi pada tahun 2023 sebesar 1,4 persen. Selain padi sebagai komoditas utama, jagung dan kedelai juga memiliki peranan yang penting dalam penyediaan pangan di Indonesia. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), produktivitas jagung dan kedelai mengalami penurunan pada tahun 2023 dengan persentase penurunan sebesar 9,25 persen untuk jagung, dan 5,63 persen untuk kedelai.

Keberhasilan Diversifikasi Pertanian:

Selain padi, jagung dan kedelai sebagai tanaman utama, terdapat juga tanaman hortikultura yang menjadi salah satu sektor pertanian yang potensial dan didorong dalam peningkatan kesejahteraan petani dan perekonomian serta berkontribusi dalam meningkatkan devisa negara melalui ekspor. Nilai Tukar Petani (NTP) hortikultura tahun 2023 menjadi yang paling tinggi kedua setelah Perkebunan dengan nilai NTP sebesar 111,75 dan dalam kurun waktu 2020-2023 memperlihatkan tren kenaikan setiap tahunnya. Tentunya hal tersebut menjadi sebuah indikasi kesejahteraan petani hortikultura yang terus meningkat.

Inovasi dan Modernisasi di Sektor Pertanian:

Pemanfaatan teknologi pertanian modern menjadi salah satu cara dalam meningkatkan nilai produktivitas, kesejahteraan dan efisiensi usaha tani, peningkatan kualitas dan nilai tambah produk, serta pemberdayaan para petani. Teknologi modern dapat memberikan bantuan dalam upaya membuka benteng isolasi di wilayah pedesaan terhadap berbagai informasi pasar, modal, inovasi pertanian serta sarana prasarana pendukung lain. Teknologi modern juga berkontribusi dalam pengembangan keterampilan, kompetensi, dan kapasitas guna membangun ekonomi pertanian dan pedesaan.

Namun demikian, tantangan dan juga hambatan akan mungkin dijumpai dalam penggunaan teknologi modern serta akses terhadap informasi untuk pengembangan ekonomi pertanian. Hal ini berpeluang akan terjadi oleh petani kecil yang berada di kawasan pedesaan dengan jumlah dan kualitas produk pertanian yang beragam serta mayoritas masih berada pada garis kemiskinan sehingga akan sulit untuk menerima perkembangan dari luar. Beberapa hal yang menjadi dinding pembatas yang dimiliki petani kecil yaitu keterbatasan aksesbilitas permodalan, pengetahuan, inovasi pertanian, informasi pasar, serta keterbatasan penguasaan lahan, kemampuan, dan posisi penawaran terhadap pasar.

Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Nasional:

Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional di Indonesia cukup signifikan. Sektor pertanian berkontribusi sebesar 13,57 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2023 triwulan ketiga. Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan kontribusi bagi pembangunan wilayah, baik secara khusus dalam penataan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), asimilasi usaha, dan peningkatan pendapatan masyarakat, maupun komitmen tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pemanfaatan kemajuan dan hubungan yang sinergis dengan sektor-sektor lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline