Lihat ke Halaman Asli

Privasi? Masihkah Ada?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Privasi, Wikipedia mendefinisikannya sebagai “Kerahasiaan pribadi (Bahasa Inggris: privacy), kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan."

Secara singkat, bisa dikatakan privasi adalah informasi-in-formasi pribadi yang tidak seharusnya diketahui oleh publik. Informasi ini bisa berbahaya dan merugikan pemiliknya bila jatuh ke tangan yang salah. Lalu apakah Anda sudah menjaga privasi Anda dengan baik?

Tanpa kita sadari, banyak yang menggunakan informasi ini demi keuntungannya dan tanpa kita sadari pula, informasi-informasi ini telah diperjualbelikan. Seperti (maaf) kentut, bisa dirasakan dengan jelas namun tidak terlihat. Salah satu contoh yang sering kita alami adalah penawaran kredit oleh bank asing yang sebelumnya belum pernah berhubungan sama sekali. Dari mana mereka bisa mengetahui nama beserta nomor ponsel yang kita gunakan? Selain sangat mengganggu, sebenarnya telah terjadi pelanggaran privasi di sini. Informasi kita diperjualbelikan tanpa adanya sanksi kepada orang yang melakukannya.

Seringkali pula, dengan imbalan sebuah pen atau sebuah jam yang tidak berharga, orang-orang diperdaya agar memberikan informasi mengenai dirinya. Praktik semacam ini sangat umum dilakukan termasuk di mal-mal besar. Celakanya, praktik seperti ini masih dianggap wajar dan dimaklumi. Pelanggaran privasi semakin lama memang semakin buram dan sulit untuk diberikan suatu batasan (antara yang boleh dan tidak) karena setiap orang mempunyai jenis privasi yang berbeda.

Di dunia maya pun, masalah batasan privasi pun semakin tidak jelas. Layanan social networking seperti Facebook, Google+, dan ka-wan-kawannya secara jelas memanfaatkan informasi pribadi Anda untuk memberikan layanan kepada Anda. Namun dengan informasi yang sama pula, mereka mendapatkan berbagai keuntungan darinya. Pengiklan kini banyak yang menyasar layanan social networking karena targetnya jelas, segala hobi, umur, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang diketahui secara pasti. Bahkan dengan sedikit analisis, kebiasaan Anda juga bisa diketahui.

Selain pengiklan, terbukanya informasi yang kebablasan ini juga membahayakan pemiliknya. Sebagai contoh, sudah bukan cerita aneh lagi sekarang ini, banyak sekali account e-mail, social networking, ID messanger ataupun yang lainnya diambil alih oleh hacker untuk mendapatkan keuntungan finansial ataupun keuntungan lainnya. Jurus apa yang mereka gunakan untuk mendapatkan account Anda? Ternyata, jawaban dari pertanyaan rahasia yang Anda masukkan saat membuat account ini bisa didapatkan dari layanan Facebook Anda. Status yang Anda update setiap hari dan cerita yang Anda berikan kepada publik secara sukarela. Siapa yang salah?

Layanan cloud computing yang semakin berkembang tidak kalah menariknya. Anda diminta untuk meletakkan file Anda, e-mail Anda, alamat kontak Anda, bahkan password Anda secara online agar bisa dikelola oleh 'ahlinya'. Siapa yang menjamin itu semua akan dijaga dengan baik? Lasspass, sebuah layanan penyimpanan password online, sebuah layanan yang seharusnya sangat-sangat rahasia ini ternyata telah berhasil dihack sehingga membahayakan jutaan penggunanya. Hal ini adalah contoh nyata bahwa tidak semua informasi pantas Anda percayakan kepada pihak ketiga. Ada baiknya jika kita bisa nyekrip untuk membuat cms sendiri atau aplikasi penyimpanan file di internet yang mana dengan cara ini kita tidak lagi berhubungan dengan pihak ketiga.

Layanan penyimpanan file dan dokumen yang marak ditawarkan saat ini seperti iCloud (segera aktif), Dropbox, dan lain sebagainya, tidak kalah berbahayanya. Bayangkan saja, Anda menyimpan file-file Anda kepada pihak yang hanya memberikan kepada Anda sebuah jaminan yang bisa berubah-ubah atau bahkan Anda mungkin tidak membaca perjanjian yang ada.

Kasus Dropbox bisa menjadi studi kasus yang menarik. Di dalam layanannya, Dropbox memberikan pernyataan "We keep your files so safe, we can't access them" dan "Don't ask us for help if you lose your crypto keys, we don't store them". Dropbox ternyata bisa melihat data-data Anda dan setelah hal ini diketahui, mereka berkelit bahwa yang dimaksud dengan 'kami tidak bisa mengakses file Anda' adalah untuk karyawan level rendah. Perjanjian penggunaan Dropbox pun berubah dan tidak ada lagi kata-kata ini.

Lalu bagaimana dengan provider lainnya? Seberapa aman dan jaminan apa yang akan Anda dapatkan? Bagaimanapun juga, Anda jangan mengobral informasi mengenai Anda dan jangan mengobral data yang Anda miliki. Pilih dan tentukan data mana yang penting dan tidak agar Anda tidak menjadi korban nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline