Pada musim kemarau yang datang, meninggalkan tetesan hujan yang mecurahkan rahmatNYA. Terdengar suara sholawatan di dalam masjid. Khafidz tersentak kaget setelah melamun dikamar sembari melihat Fatimah (istrinya) yang mengidap Stroke. Dengan penuh kesabaran dan ketelatenan khafidz senantiasa menunggu, menjaga dan selalu menemani istrinya. Terlihat diatas lemari banyaknya obat yang harus diminum.
Setiap pagi, Diapun berangkat mengajar kekampus untuk mengajar mahasiswanya. Zulaikha anak pertamanya yang sudah berusia 23 tahun bergantian menjaga ibunya di waktu pagi. Dengan penuh kesabaran, lambat laun kondisi Fatimahpun membaik. 3 bulan berlalu dan Fatimahpun sembuh total. Pada waktu itu Fatimah berada dalam kondisi hamil. Selang beberapa bulan kemudian, Dia pun melahirkan anaknya. Anaknya dinamai Mufidz berharap agar anaknya nanti dapat menjadi menjadi sosok yang bermanfaat di kehidupannya.
Dengan penuh kasih sayang, Mereka merawat mufidz. Anak kedua mereka. 5 tahun berlalu. Mufidpun mulai memasuki Sekolah Dasar. Sewaktu dirumah, Telihat betapa semangatnya dia dalam bermain. Kamarnya penuh dengan mainan, ada pistol, monopoli, mobil-mobilan dll. Seiring bertambahnya usia, Kemampuannya mulai bertambah.Sewaktu dia diajak orang tuanya makan ke penjual sate. Diapun mulai ingat dengan jalan berangkat dan waktu pulang diapun ingat juga.Disaat dia disuruh beli telur oleh ibunya. Ia membawa uang 5000 sedangkan harga telurnya 4000. Dan diapun tahu kalau uang yang akan dibawa pulang adalah 1000
Namun, Ketika dia berada di sekolah, Dia selalu mendapat nilai yang jelek. Dia selalu salah dalam hal penulisan hingga disaat dia pulang dia sering dimarahi ayahnya. Sewaktu ia pulang di ruang tamu.
“ Mufidz, bagaimana hasil ulanganmu hari ini “ berkata ayahnya
‘’Tidak apa apa’’ jawab Mufid sambil terlihat raut muka yang ragu ragu
‘’ Ayah pengen liat , mana hasilnya’’
‘’Ini hasilnya’’ jawab mufidz sambil raut muka yang cemas
‘’ Hasil apa ini, ulangan kok dapat nilai 20. Kamu bermain terus di sekolah ‘’sambil membentak marah marah dan merobek hasil ulangan
‘’ Tidak yah, aku belajaaaar di sekolah’’sambil merintih meneteskan air mata
‘’ Jangan gitu mas, dia sudah belajar dan ngak usah dimarahi’’ sahut istrinya kemudian mengajak Mufidz ke kamar. Sambil mengelus elus rambutnya . dan dia memotivasi mufidz agar rajin belajar.
Di waktu malam, Mufidzpun mengerjakan PR sambil di temani kakanya Zulaikha. Setelah Zulaikha melihat-lihat tulisannya. Ternyata banyak tulisan Mufidz yang kebalik-balik. Hal itu membuat Zulaikha bingung. Hingga akhirnya dia sadar bahwa anaknya sedang mengalami gangguan dyslexia. Kemudian Orang tua mengtahui anaknya mengalami dyslexia dan akhirnya anaknya disekolahkan ke Sekolah berkebutuhan khusus. Akhirnya Mufidz bisa belajar sesuai kemampuan yang dimilikinya bahkan Dia bisa berprestasi di kelas terebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H