Lihat ke Halaman Asli

Mempraktikkan Jurus “Seribu Tebasan, Sekali Tikaman”

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...Tak ada artinya, jika seorang pendekar melakukan seribu tebasan jika semuanya tak mengenai sasaran. Satu saja tikaman yang dapat mengenai lawan, jauh lebih berarti dibandingkan dengan seribu tebasan yang hanya mengenai angin...

Menulis setiap hari tidak salah, sepanjang Anda bisa mempertahankan mutu. Karena dalam blog, atau menulis, yang penting bukan berapa banyak tulisan yang dibuat, namun bagaimana tulisan itu bisa memberi manfaat pada orang lain (Fary SJ Oroh dalam buku “66 Jurus Mabuk Buat Ngeblog”)

Saya akan menafsirkan lebih jauh jurus di atas. Tentunya versi saya, yang boleh jadi berbeda dari yang dimaksud penulis buku tersebut.

Menulis bukan pekerjaan matematis yang pasti. Dalam matematika, dua ditambah dua pasti empat.

Seorang penulis yang pernah menghasilkan tulisan bermutu (menarik, aktual, inspiratif, dan sebagainya) belum tentu tulisan-tulisan selanjutnya juga berlabel “bermutu”. Jika salah satu parameternya adalah HL, saya belum menemukan ada Kompasianer yang produktif menulis dan semua tulisannya selalu HL, tanpa terkecuali. Memang ada Kompasianer yang sering HL, namun ditulisan lainnya tidak HL.

Hal di atas merupakan fakta, bahwa menulis tulisan bermutu tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Penulis berpengalaman sekalipun tidak selalu tulisannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan si penulis.

Seribu tebasan, saya mengartikannya sebagai latihan menulis, atau dapat pula dikatakan dengan pemanasan. Semakin banyak melakukan latihan dan pemanasan menulis, peluang untuk mampu menghasilkan tulisan yang bermutu akan semakin besar. Latihan menulis bisa dilakukan dimana saja, di blog, di buku catatan, atau di media lainnya. Namun demikian tidak harus memaksakan untuk berlatih terus. Ibarat seorang petinju yang berlatih memukul sepanjang hari, tentu tenaganya akan terkuras habis.

Sekali tikaman, saya artikan dengan menulis untuk tujuan tertentu, misalkan dikirim ke media cetak, diikutkan lomba, dan sebagainya. Jika telah banyak berlatih, maka peluang untuk membuat tulisan yang bermutu untuk tujuan tertentu akan semakin besar. Jemari akan semakin lincah dalam mewujudkan ide-ide yang ada di kepala menjadi tulisan yang bermutu.

Dengan demikian, menulis setiap hari itu baik, tidak menulis setiap hari pun baik. Asalkan tetap rajin berlatih menulis. Dan tunggulah saatnya yang tepat untuk membuat satu tikaman, maka terciptalah tulisan yang bermutu!

Salam Kompasiana!

Banyumas, 17 September 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline