Lihat ke Halaman Asli

Ending yang Mencengangkan Pada Cerpen “Seragam” Karya AK Basuki

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah persahabatan bisa jadi nilainya jauh lebih besar dibanding sebuah jabatan.

Itu mungkin pesan yang ada pada cerpen "Seragam" karya AK Basuki yang dimuat koran Kompas hari ini (Minggu, 12 Agustus 2012). Dan nilai itu diketahui saat membaca bagian ending cerpen itu. Sebuah ending cerpen yang mencengangkan. Mencengangkan karena tak terduga dan penuh kejutan.

Mata saya kemudian melirik seragam dinas yang tersampir di sandaran jok belakang. Sebagai jaksa yang baru saja menangani satu kasus perdata, seragam itu belum bisa membuat saya bangga. Nilainya jelas jauh lebih kecil dibanding nilai persahabatan yang saya dapatkan dari sebuah seragam coklat Pramuka. Tapi dia tidak tahu, dengan seragam dinas itu, sayalah yang akan mengeksekusi pengosongan tanah dan rumahnya.

Itulah penggalan cerpen pada paragraf terakhir atau bagian ending cerpen itu. Dan ending tersebut yang menjadi nilai lebih cerpen yang awalnya seperti cerita kenangan biasa itu.

Ibarat sebuah menu makan. Bagian ending tersebut seperti sebuah makanan penutup,misalnya buah, yang menyegarkan dan menjadikan acara makan menjadi istimewa.

Cerpen itu bercerita tentang seseorang yang berkunjung ke rumah sahabatnya di masa kecil. Kunjungan itu menjadi istimewa karena setelah sekian tahun berpisah dan juga mengingatkan kenangan masa kecil saaat sang sahabat yang dikunjunginya menolongnya dari insiden api obor yang membakar tubuhnya dan nyaris membahayakan keselamatan jiwanya. Dan seragam Pramuka sahabatnya itu yang telah melindunginya dari gigil angin malam itu. Dan seragam Jaksa yang dilihatnya tersampir di jok belakang membuatnya gamang. Gamang akan sebuah tugas kedinasan untuk mengeksekusi pengosongan tanah dan rumah sahabatnya itu.

Selain bagian ending yang mencengangkan, ada satu hal lagi yang membuat cerpen itu istimewa. Yakni penulisnya seorang Kompasianer yang cerpen-cerpennya kerap menghiasi kanal Fiksiana Kompasiana yang tercinta ini.

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline