Yaps, kenapa tidak?? beras adalah makanan pokok bangsa Indonesia, tentu menjadi petani merupakan suatu kebanggan karena mempunyai kontribusi besar kepada bangsa dan negara dalam bidang pangan.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana peran serta negara kepada para petani? sementara harga pupuk yang luar biasa tinggi, tenaga buruh tani yang semakin sulit untuk dicari, belum lagi ketika musim kemarau, pompa air yang harus selalu menyala sepanjang hari, jelas hal tersebut menambah biaya produksi padi oleh para petani. Berat memang menjadi petani, kalau memang tidak diniati tulus dari hati.
Bisa jadi di hari-hari depan 15 - 20 tahun lagi kita bakal ekspor beras setiap tahun. Pihak swasta pun turut serta mengambil kesempatan dalam kesempitan, memang kami tidak menolak adanya penanaman modal di wilayah kami, tapi hal tersebut harus direspon dengan bijaksana, tidak serta merta adanya modal masuk selalu berdampak positif saja, bahkan bisa saja berdampak negatif pada jangka panjang.
Daripada modal asing yang masuk, kenapa negara tidak memacu dan mendayagunakan petani kearah industri pertanian dengan memberikan subsidi pembelian peralatan teknologi pertanian? tentunya hal tersebut akan memangkas biaya produksi padi dan meningkatkan produksi padi setiap tahunnya. Tapi justru apa yang terjadi? Swasta menjawab kesulitan petani dengan membeli sawah-sawah mereka dengan harga tinggi.
Anak-anak petani pun tak lagi punya peninggalan sawah, yang akhirnya harus bekerja menjadi "budak" di perusahaan-perusahaan yang didirikan diatas sawah moyangnya. Memang sangat ironis tuan rumah yang harusnya menjadi "penguasa" tapi terpaksa menjadi "budak" di rumahnya sendiri. Regulasi dan kebijakan pemerintah harusnya memandang persoalan seperti ini secara linear. Inilah yang ditakutkan bung Karno, yang mana tak lama lagi kita akan bergantung pada produk-produk imperalis, akibatnya kedaulatan NKRI pun terganggu oleh intervensi asing, kebijakannya pun berpihak pada asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H